Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2012

Yuk Mandi Pagi!

Duluh Mace -ku paling sering memarahiku kalau tidak mandi di pagi hari, beberapa kali aku diculik dari tempat bermain dan dibawah lari ke sumur timbah punya tetangga untuk dimandikan oleh Mace . Ingatan ini masi segar untuk mengenang masa-masa itu, bahkan dibeberapa kesempatan Mace masi sering memperlakukan ku demikian tapi sekarang adegannya sudah berbeda, besar ma toh! Otakku masi belum moderen untuk mencerna maksud dari perlakuan Mace -ku yang seperti itu, dulu waktu aku masi unyu-unyu. Aku bahkan sering menangis sebagai tamen agar bisa selamat dari penculikan itu. "ah..ga mau..ga mau.. aku ga mau mandi.. masi dinging kodong" keluh unyu-unyu disertai tangisan waktu itu tetapi pendirian Mace -ku tak tergoyahkan, aku direnggut dari tempatku, kepala di bawah dan kaki ku entah dimana. Mace ku kejam tapi penyayang, ya begitualah, aku tidak mau laporin beliau ke komisi perlindungan anak nanti saya berubah jadi batu. Pagi tadi nasib menghampiriku, sang pencerah datang di sia...

Merpati Galau

Terbuai di awan-awan, perasaanku seperti ABG 17 tahun yang kasmaran. Angin-anginan tak berarah, ibarat Merpati, aku adalah merpati pusing karena badai matahari baru saja tiba dan mengganggu medan magnet bumi sebagai penuntun arahku. Tak tahu rantin mana yang paling menarik dihinggapi. Memulai memang seperti memindahkan Lompo Battang, perasaan tak karuan, lalu kucoba mengabaikan rasa tetapi akal-pun uring-uringan. Inilah yang ditakutkan, semuanya telah ada tetapi mereka nampak tak memikat. Kucoba menggoda namun ia masi angkuh. Aku menjauh, ia tersipu dan berkata "siapa yang butuh, cowo? Skripsi adalah milikku sebagai umat dipenghujung masa studi, aku tahu itu. Memulai sungguh menyita pikiran dan persaan. Aku nungging kiri kanan tetapi tetap mandek, kucampuri kopi dengan gula yang lebih dari biasanya. Kunyalakan komputer dengan tangan kanan. Semua hal yang diisyaratkan baik telah kutunaikan tetapi belum juga aku bisa memulai merangkai kata untuk mengwujudkan skripsiku, ommaleeee...!...

Ditulis dengan Penuh Kehormatan

Tak kuasa kubendung dingin jika Tuhan berkehendak mendatangkannya. Turun dari lereng-lereng gunung, menyentuh batu dan menciumi lumut, tak kuasa aku membendungnya. Pohon pinus di puncak bergoyang menandakan dingin mulai hengkang dari peraduannya di atas sana. Hukum-hukum Fisika sebagai landasan ilmiah baginya untuk berbuat dan berwujudlah dingin pada kulitku yang sawomatang. Dingin yang pada beberapa definisi diasumsikan sebagai sunyi, tak banyak alasan yang bisa menjelaskannya tetapi bahasa kehangatan yang selalu identik dengan kebersamaan dan keriangan adalah penjelasan yang mungkin bisa membuatmu mengerti kawan. Dua hari setelah lebaran, nampak sunyi di sekeliling. Inilah momen paling idealis yang biasa terjadi di kampung diwaktu malam -sunyi. Kubuka buku, kubaca beberapa paragraf tetap sunyi. Kuulangi dengan buku yang lain, tetap sunyi. Kupandangi gelap malam di jendala, sunyi semakin menjadi. Kuraih HP, kukirimi beberapa orang sohib pesan singkat "boRinG mlm iNi, SMS-an yukzz...

The Farfum

Suatu masa di Eropa sana lahirlah seorang anak laki-laki, ia terlahir dari rahim ibunya di suatu tempat yang teramat kotor, tempat pembuangan semua sisa jeroan ikan. Saat bayi itu baru melakukan nafas perdananya, ibunya wafat. Bayi mungil tak berdaya yang tergeletak di atas kotoran itu kemudian dipungut oleh seorang ibu tua. Waktu berlalu, bayi tadi tumbuh menjadi anak laki-laki yang penuh kemalangan. Ibu angkatnya menjualnya sebagai budak, selang waktu kemudian ibu angkatnya tewas dirampok. Uang hasil dari penjualan anak itulah yang telah menjadi sebap musabap. Tahun berlalu musim berganti, anak itu tumbuh dewasa dengan perjalanan hidup yang ceritanya hampir sama. Setiap kali ia berpindah maka disitulah malapetaka merangkul orang-orang disekitarnya. Ceita diatas memang sedikit tidak jelas, The Farfum nama filmnya jika kalian mau tahu lebih rincinya. Aku bercerita tentang film itu karena ada semacam kesamaan dalam diriku tapi ini justru sebaliknya. Pernah suatu ketika, saat itu aku bar...

Ufuk di Ubun-ubun

Ada di puncak bukit, terik matahari yang memanggang. Semua yang mengatasnamakan mahluk bermetabolisme kepayahan dengan keadaan ini. Batu yang ada bersama kerak bumi paling muda-pun nampak tak berselera seperti biasanya, ia hitam dan ia keras seperti julukannya -membatu. Wanita yang semangat tak merona, sederhana dengan peluh seadanya dipanggang ufuk di atas ubun. "catat itu baik-baik pada kertas yang tak mengorbankan aktifitas masak-memasak dari sebatang pohon" . Dekat, bahkan dapat ku dengar tiap irama nafasmu. Cantik sungguh dikau di puncak bukit. Terlalu dekat pada manusia puitis yang tak punya keyakinan konsep adalah ketidak beruntugan bagimu gadis. Biarkanlah, kubiarkan kau gelisah dengan ceritamu yang kurasa bahagia. Lentik bulu matamu kupandangi dari persembunyianku mencuri pandang, gadis puncak bukit yang terpanggang ufuk di ubun-ubun.