Ada di puncak bukit, terik matahari yang memanggang. Semua yang mengatasnamakan mahluk bermetabolisme kepayahan dengan keadaan ini. Batu yang ada bersama kerak bumi paling muda-pun nampak tak berselera seperti biasanya, ia hitam dan ia keras seperti julukannya -membatu.
Wanita yang semangat tak merona, sederhana dengan peluh seadanya dipanggang ufuk di atas ubun. "catat itu baik-baik pada kertas yang tak mengorbankan aktifitas masak-memasak dari sebatang pohon". Dekat, bahkan dapat ku dengar tiap irama nafasmu. Cantik sungguh dikau di puncak bukit.
Terlalu dekat pada manusia puitis yang tak punya keyakinan konsep adalah ketidak beruntugan bagimu gadis. Biarkanlah, kubiarkan kau gelisah dengan ceritamu yang kurasa bahagia. Lentik bulu matamu kupandangi dari persembunyianku mencuri pandang, gadis puncak bukit yang terpanggang ufuk di ubun-ubun.
Comments
Post a Comment