Duluh Mace-ku paling sering memarahiku kalau tidak mandi di pagi hari, beberapa kali aku diculik dari tempat bermain dan dibawah lari ke sumur timbah punya tetangga untuk dimandikan oleh Mace. Ingatan ini masi segar untuk mengenang masa-masa itu, bahkan dibeberapa kesempatan Mace masi sering memperlakukan ku demikian tapi sekarang adegannya sudah berbeda, besar ma toh!
Otakku masi belum moderen untuk mencerna maksud dari perlakuan Mace-ku yang seperti itu, dulu waktu aku masi unyu-unyu. Aku bahkan sering menangis sebagai tamen agar bisa selamat dari penculikan itu. "ah..ga mau..ga mau.. aku ga mau mandi.. masi dinging kodong" keluh unyu-unyu disertai tangisan waktu itu tetapi pendirian Mace-ku tak tergoyahkan, aku direnggut dari tempatku, kepala di bawah dan kaki ku entah dimana. Mace ku kejam tapi penyayang, ya begitualah, aku tidak mau laporin beliau ke komisi perlindungan anak nanti saya berubah jadi batu.
Pagi tadi nasib menghampiriku, sang pencerah datang di siang bolong. Petuah Mace tentang mandi pagi memang bertahun lalu telah beliau sabdakan dan tadi siang aku baru paham maksud penculikan di tempat bermainku itu. Pukul satu siang aku masi ongkang-ongkang kaki di MAPERWA dengan bau khas manusia belum mandi. Aku begadang main PS di sekretariat Himpunan Mahaiswa Fisika (HIMAFI) semalam suntuk hingga derbi El Clasico terlewatkan bersamaan sholat disubuh hari. Tidur nyenyak tanpa ngorok hingga pukul delapan pagi.
"pang ada yang mau wawancara tuh" panggil seorang teman dari luar.
"siapa?" aku masi berkunang-kunang.
"tidak tahu, katanya ia mau minta pendapat tentang P2MB"
"siapa?" aku masi berkunang-kunang.
"tidak tahu, katanya ia mau minta pendapat tentang P2MB"
Gigi yang belum digosok, sarung yang masi stay here di badan dan untung aku sudah cuci muka di kerang musolah. Aku bergegas menemui wartawan beruntung itu, maksudku beruntung karena ia akan mewancarai seorang calon jutawan masa depan.
Kulihat dibalik jendela, wartawan itu adalah seorang perempuan berkawat gigi, sungguh luar biasa, seorang gadis ayu yang menjaga kesehatan giginya akan bertanya jawab dengan seorang pemuda lebay yang giginya masi terasa lembap. Kucoba mencium bau di mulut, ok, ga ada bau mencurigakan. Dengan sedikit gerakan tangan yang ciamik rambut ini sudah tertata dengan style Ariel NOAH, "i'm ready-lah pokoknya!".
Kulihat dibalik jendela, wartawan itu adalah seorang perempuan berkawat gigi, sungguh luar biasa, seorang gadis ayu yang menjaga kesehatan giginya akan bertanya jawab dengan seorang pemuda lebay yang giginya masi terasa lembap. Kucoba mencium bau di mulut, ok, ga ada bau mencurigakan. Dengan sedikit gerakan tangan yang ciamik rambut ini sudah tertata dengan style Ariel NOAH, "i'm ready-lah pokoknya!".
"maaf, lama menunggu ya?" kuserang dia dengan basa basi kuno.
"ah, tidak juga kak" ia kelepek-kelepek (aku kira-kira aja)
"kita ini dari media apa?" tanyaku.
"ini kak kami dari EBS FM. UNHAS ingin meminta tanggapan kakak tentang P2MB"
"ini kak kami dari EBS FM. UNHAS ingin meminta tanggapan kakak tentang P2MB"
"oh iya, silahkan bertanya" serangan kedua yang sedikit berlebihan.
"iya kak, tunggu duluh ya kak" sambil nelpon.
Ia sedang menelpon ke ruang siaran EBS FM. untuk memastikan kondisi terakhir sebelum ia mewancaraiku karena ceritanya wawancara ini akan diudarakan secara langsung, live streaming-lah kalau di TV.
Sering kulihat tokoh besar yang sedang live streaming, pasti tampang dan attidu-nya meyakinkan tetapi aku kini tampil beda. Sarung itu mewakili jiwaku yang senang dengan budaya, rambut ala Ariel mewakili motivasiku untuk menjadi seorang casanova. Dan gigi yang belum digosok mewakili kualatku terhadap pesan Mace-ku bertahun lalu.
Comments
Post a Comment