Terbuai di awan-awan, perasaanku seperti ABG 17 tahun yang kasmaran. Angin-anginan tak berarah, ibarat Merpati, aku adalah merpati pusing karena badai matahari baru saja tiba dan mengganggu medan magnet bumi sebagai penuntun arahku. Tak tahu rantin mana yang paling menarik dihinggapi. Memulai memang seperti memindahkan Lompo Battang, perasaan tak karuan, lalu kucoba mengabaikan rasa tetapi akal-pun uring-uringan.
Inilah yang ditakutkan, semuanya telah ada tetapi mereka nampak tak memikat. Kucoba menggoda namun ia masi angkuh. Aku menjauh, ia tersipu dan berkata "siapa yang butuh, cowo? Skripsi adalah milikku sebagai umat dipenghujung masa studi, aku tahu itu. Memulai sungguh menyita pikiran dan persaan. Aku nungging kiri kanan tetapi tetap mandek, kucampuri kopi dengan gula yang lebih dari biasanya. Kunyalakan komputer dengan tangan kanan. Semua hal yang diisyaratkan baik telah kutunaikan tetapi belum juga aku bisa memulai merangkai kata untuk mengwujudkan skripsiku, ommaleeee...!
Sungguh baru aku tahu ikhwal kasus bunuh diri yang sering ditampilkan di TV tentang mahasiswa yang nekat meninggalkan dunia karena alasan skripsi. Sekarang kurasakan dunia semakin menyempit, skripsi semacam memiliki medan grafitasi dan menarik ruang di bumi sehingga terasalah kesempitan itu. Aku sering berkeringat jika kubacaja judulku, kadang juga perut ini mules secara tiba-tiba jika memikirkan mahluk yang bernama "skripsi". Satu alasanku bertahan dengan tahtaku sekarang adalah bahwa badai pasti berlalu meskipun kerusakannya sungguh tersisahkan.
Comments
Post a Comment