Tak kuasa kubendung dingin jika Tuhan berkehendak mendatangkannya. Turun dari lereng-lereng gunung, menyentuh batu dan menciumi lumut, tak kuasa aku membendungnya. Pohon pinus di puncak bergoyang menandakan dingin mulai hengkang dari peraduannya di atas sana. Hukum-hukum Fisika sebagai landasan ilmiah baginya untuk berbuat dan berwujudlah dingin pada kulitku yang sawomatang.
Dingin yang pada beberapa definisi diasumsikan sebagai sunyi, tak banyak alasan yang bisa menjelaskannya tetapi bahasa kehangatan yang selalu identik dengan kebersamaan dan keriangan adalah penjelasan yang mungkin bisa membuatmu mengerti kawan.
Dua hari setelah lebaran, nampak sunyi di sekeliling. Inilah momen paling idealis yang biasa terjadi di kampung diwaktu malam -sunyi. Kubuka buku, kubaca beberapa paragraf tetap sunyi. Kuulangi dengan buku yang lain, tetap sunyi. Kupandangi gelap malam di jendala, sunyi semakin menjadi. Kuraih HP, kukirimi beberapa orang sohib pesan singkat "boRinG mlm iNi, SMS-an yukzzz". Seperti dalam lagu "Bang Toyib", lama balasannya kutunggu bahkan sekedar emotion lambang senyum-pun tak ada yang menggubris.
Dalam kekalutan akibat sunyi yang perlahan berubah menjadi raksasa, aku diam sejenak, mencoba mengambil sari pati kesunyian ini, tiba-tiba kulihat ada nomor yang sedikit usang di contac HP-ku. Dulu nomor ini pernah familiar di inbox-ku, merajai pesan terkirimku dan menyita semua pulsaku :).
Kemudian aku mulai merangkai kata yang paling istimewa untuk mengirimkannya pesan pertama dalam kurung waktu yang sudah lama. Ia, aku mencoba untuk menyapanya, aku merangkai kata, ku baca ulang lalu kuhapus lagi, kurangkai lagi, kuhapus lagi. Lama aku berkutat dalam kegalaun jari merangkai SMS sampai aku tiba dalam sebuah rangkaian kata yang begitu sederhana "Mohon Maaf Lahir dan Batin Ya". kutulis ucapan itu dengan penuh penghormatan, bahasaku sudah ku sesuiakan dengan EYD Bahasa Indonesia. Kuhindari penulisan alay dipesan pertamaku itu.
"pesan terkirim" kulihat itu di monitor polyponic Hp-ku. Degdegan rasanya, jantung ini semakin lama semakin unyu-unyu. Kesunyian yang tadinya berubah jadi raksasa kini seakan ber-action penuh adegan menegangkan, layaknya film action yang bercerita tentang perang. Terasa bunyi senjata dan benturan peluru menggoda di telingaku, tegang sejadi-jadinya. Lalu kesunyian itu tertembak di bagian dada, ia habis meregang nyawa.
Datanglah makhluk yang bernama "menunggu", Kutunggu 30 menit balasan atas pesan singkatku, batang hurufnya tak nampak. Kutunggu 60 menit, masih belum berbunyi hanya sesekali pesan dari beberapa oknum yang mengagetkan. "Kalian sudah paham betul bagaimana rasanya menunggu SMS sesorang lalu yang nongol SMS orang lain, kalian paham ji toh?". 70 menit, 38 detik menunggu, SMS yang diharap-harap ditiap saat itu nongol juga. "1 pesan masuk", kulihat nomornya nongol, aku malu-malu kucing dan kucing yang kumaksud adalah kucing ingusan yang tak mandi sore. Kubaca dengan seksama "iya, dgn ucapan yg sm". Itulah isi inboxku. Bahkan ia tak membalasnya dengan kalimat yang sesuai EYD, pesannya teramat singkat dan dutulis pulah dengan singkatan.
Sunyi kemudian entah dari mana ia mengambil nyawa, ia hidup kembali. Ia nampak gagah dengan laras panjang di tangan kanan dan topi cowboy yang dimiringkan. Dengan satu kali tembakan yang terukur, aku terkapar dengan bersimbah darah. Hp polyponic-ku lebur terkunyah amunisi.
Comments
Post a Comment