Saya sering berfikir bagaimana kalau bangsa ini tidak pernah saja merdeka dari Jepang? Bagaimana jika gugusan pulau Nusantara ini cukup menjadi provinsi ke sekian dari negara itu?
Ia merasa telah menemukan cara hidup yang sesungguhnya di sana. Ia berharap perjalanannya kembali ke Indonesia adalah sekedar bertamasya untuk kemudian pulang kembali kampung halamannya, Jepang.
Saat ku tanya alasannya, ia seakan tidak bisa lagi mengungkapkan ribuan alasan yang bisa saja dia kemukakan. Jepang baginya adalah keamanan, ketertiban, dan karakter budaya yang kuat.
Bagi seorang muslimah yang taat, ia merasa Jepang tidak pernah mengusik keyakinannya. Tidak pernah merendahkan caranya beragama.
Lalu kemudian saya sadar terhadap sebuah fakta. Jika memang Jepang seasik itu lalu mengapa ia dinobatkan sebagai negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia? Sebuah ironi jika memang orang Jepang telah merasa bahagia dengan kondisinya.
Beberapa tahun silam saya pernah membaca hasil sebuah penelitian. Saya sudah lupa nama penelitinya, seingatku ia seorang ilmuwan dari Korea kalau bukan Jepang.
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa manusia sesungguhnya mendambakan kebebasan tanpa terikat banyak aturan.
Semoga kesimpulan penelitian itu bukan rekayasa dengan maksud untuk membenarkan semua perilaku tidak disiplin bangsa ini.
Menurut hasilnya, Sistem imun manusia perlahan akan meningkat menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Analogi sederhananya, semakin sering kamu disakiti maka kelak kamu merasa tidak sakit lagi.
Pagi ini saat menyaksikan drama Jepang harus menerima kenyataan pahit setelah unggul 2 gol dari Belgia. Kekalahan yang sangat menyakitkan yang bisa saja membuat beberapa orang pemain Jepang memutuskan mengakhiri hidup karena malu.
Ingin rasanya ku bisikkan ke telinga Keisuke Honda
"Oppa, jika kamu berniat bunuh diri sebaiknya kamu rungkan saja niatmu. Saya punya dua formula atas rasa sakit yang kau rasakan. Oppa cukup menggilakan diri atau kalau tidak kamu beli saja sepetak tanah di Indonesia. Kau boleh melawan arus dan tancap gas ketika lampu kuning seperti Honda-honda lainnya".
Btw itu "Oppa" panggilan untuk pria Samsung atau pria Suzuki, sih?
Keisuke Honda |
Saya jadi teringat seorang kawan yang bercerita kepadaku perihal pengalamannya hidup di Jepang selama hampir 10 tahun. Di mana justru merasa kehilangan saat kembali ke Indonesia.
Ia merasa telah menemukan cara hidup yang sesungguhnya di sana. Ia berharap perjalanannya kembali ke Indonesia adalah sekedar bertamasya untuk kemudian pulang kembali kampung halamannya, Jepang.
Saat ku tanya alasannya, ia seakan tidak bisa lagi mengungkapkan ribuan alasan yang bisa saja dia kemukakan. Jepang baginya adalah keamanan, ketertiban, dan karakter budaya yang kuat.
Bagi seorang muslimah yang taat, ia merasa Jepang tidak pernah mengusik keyakinannya. Tidak pernah merendahkan caranya beragama.
Lalu kemudian saya sadar terhadap sebuah fakta. Jika memang Jepang seasik itu lalu mengapa ia dinobatkan sebagai negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia? Sebuah ironi jika memang orang Jepang telah merasa bahagia dengan kondisinya.
Beberapa tahun silam saya pernah membaca hasil sebuah penelitian. Saya sudah lupa nama penelitinya, seingatku ia seorang ilmuwan dari Korea kalau bukan Jepang.
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa manusia sesungguhnya mendambakan kebebasan tanpa terikat banyak aturan.
Kebahagiaan justru ketika kita berkendara dan melawan arus hanya untuk mempersingkat jarak. Ketika lampu kuning justru menancapkan gas motor sekuatnya. Atau membuang sampah dari jendela mobil di tengah perjalanan tanpa diganjar hukuman.
Semoga kesimpulan penelitian itu bukan rekayasa dengan maksud untuk membenarkan semua perilaku tidak disiplin bangsa ini.
Kemudian saya jadi teringat hasil penelitian lain. Yang mengkaji mengapa orang gila yang sering berkeliaran itu justru lebih sehat dari orang normal.
Menurut hasilnya, Sistem imun manusia perlahan akan meningkat menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Analogi sederhananya, semakin sering kamu disakiti maka kelak kamu merasa tidak sakit lagi.
Pagi ini saat menyaksikan drama Jepang harus menerima kenyataan pahit setelah unggul 2 gol dari Belgia. Kekalahan yang sangat menyakitkan yang bisa saja membuat beberapa orang pemain Jepang memutuskan mengakhiri hidup karena malu.
Ingin rasanya ku bisikkan ke telinga Keisuke Honda
"Oppa, jika kamu berniat bunuh diri sebaiknya kamu rungkan saja niatmu. Saya punya dua formula atas rasa sakit yang kau rasakan. Oppa cukup menggilakan diri atau kalau tidak kamu beli saja sepetak tanah di Indonesia. Kau boleh melawan arus dan tancap gas ketika lampu kuning seperti Honda-honda lainnya".
Btw itu "Oppa" panggilan untuk pria Samsung atau pria Suzuki, sih?
Comments
Post a Comment