Fenomena Ridwan Sau, menjadi bukti bahwa lagu-lagu pop daerah tak lekang oleh waktu. Di era digital ini, di mana musik modern dan internasional mendominasi, lagu-lagu lawas seperti yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau kembali digemari oleh generasi muda, khususnya Gen Z.
Media sosial, seperti TikTok dan YouTube, menjadi platform utama yang mempopulerkan kembali lagu-lagu pop daerah. Gen Z, yang dikenal aktif di media sosial, terpapar dengan konten-konten kreatif yang menggunakan lagu-lagu tersebut.
Data menunjukkan bahwa 85% Gen Z di Indonesia menggunakan TikTok [Sumber: Katadata]. Platform ini telah melahirkan tren baru, seperti "dance challenge" dan "lip sync" yang menggunakan lagu-lagu pop daerah. Hal ini mendorong Gen Z untuk mencari tahu lebih banyak tentang lagu-lagu tersebut dan, pada akhirnya, jatuh cinta dengan melodi dan liriknya yang catchy.
Selain faktor media sosial, Gen Z juga menemukan kedekatan emosional dengan lagu-lagu pop daerah. Lirik yang sederhana dan relatable, serta melodi yang mudah diingat, membuat mereka mudah terkoneksi dengan pesan yang disampaikan dalam lagu.
Lagu-lagu pop daerah sering kali mengangkat tema cinta, kehidupan sehari-hari, dan budaya lokal. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Gen Z, seperti kebanggaan terhadap budaya lokal dan keinginan untuk terhubung dengan akar budaya mereka.
Kebangkitan lagu-lagu pop daerah ini membawa dampak positif. Pertama, ini membantu melestarikan budaya lokal dan memperkenalkannya kepada generasi muda. Kedua, ini memberikan ruang bagi penyanyi daerah untuk mendapatkan pengakuan dan popularitas.
Namun, ada juga kekhawatiran bahwa popularitas ini dapat mengubah esensi lagu-lagu pop daerah. Ada kemungkinan lagu-lagu tersebut diubah aransemennya agar lebih modern, yang dapat menghilangkan ciri khas aslinya.
Hubungan antara perilaku bersosial media dan selera musik Gen Z telah terbukti dalam viralnya kembali lagu-lagu pop daerah. Media sosial menjadi platform utama dalam menyebarkan lagu-lagu tersebut, dan Gen Z, dengan kedekatan emosional dan relatabilitas mereka terhadap lagu-lagu tersebut, menjadi penikmat utama.
Fenomena ini menunjukkan bahwa budaya lokal masih memiliki tempat di hati generasi muda. Di era digital ini, media sosial dapat menjadi alat yang efektif untuk melestarikan budaya dan memperkenalkannya kepada generasi berikutnya.
Comments
Post a Comment