Sandra Dewi |
Ketika Sandra Dewi memutuskan pindah ke Jakarta pada tahun 2001 untuk melanjutkan kuliahnya, saya tetap tetap tinggal di kampung saya di Galesong dan melanjutkan sekolah di bangku kelas 6 Sekolah Dasar.
Kecantikannya membuat wanita penggemar Disney ini banyak dilirik oleh produser dunia hiburan di Jakarta. Awalnya hanya ikut kontes kecantikan, ia menang. Setelahnya, karirnya terus menanjak.
Sandra, begitu saya sering memanggilnya dulu, ini terlibat di beberapa proyek film layar lebar yang membuat namanya semakin tenar. Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia tarik suara, kurang sukses, tapi namanya sudah terlanjur tenar.
Karena tuntutan profesi dan cicilan yang masih banyak, Sandra kemudian menjadi presenter sebuah acara musik di stasiun TV swasta di Jakarta. Acara ini berlangsung cukup lama yang membuatnya semakin tenar dan semua cicilannya terbayar lunas. Ia bahkan masih bisa menyisipkan sebagian penghasilannya untuk investasi di Koperasi Mekar.
Tak banyak Kenangan yang bisa kami rangkai, seiring berjalannya waktu saya sadar bahwa Sadra Dewi sudah terlalu jauh melenceng dari visi hidup yang telah kemi sepakati dulu.
Ia bukan lagi Sandra Dewi yang saya kenal dua puluh lima tahun lalu. Wataknya banyak berubah, hidupnya semakin glamor. Kesederhanaan yang ia miliki telah raib, menguap bersama asap polusi di Jakarta.
Saya bukan tipe pria yang larut dalam kesedihan karena cintanya yang kandas. November 2015 saya memutuskan menikah. Setahun setelahnya tepatnya di bulan November 2016, Sandra Dewi juga mendapatkan jodohnya. Harvey Moeis, seorang pria biasa saja, kulih kasar di tambang timah di Belitung.
Comments
Post a Comment