Skip to main content

Dua Orang Asal Galesong Menjadi Korban Tewas KM. Lestari Maju

Kecelakaan laut yang melibatkan Kapal Motor Ferry Lestari Maju di perairan Kabupaten Bulukumba, Selasa (3/7/2018). Ternyata juga memakan korban satu keluarga asal kecamatan Galesong Selatan, kabupaten Takalar.

Kondisi para korban KM. Lestari Maju.

Satu keluarga yang berjumlah 6 orang ini rencananya akan berlibur ke kepulauan Selayar. Sebagai info yang kami kutip dari situs online Wartasulsel net, Rabu (4/7/2018).

Satu keluarga asal desa Bontokanang ini terdiri atas, Negsih(25), angelina(5), aditya(1), jum(40), Andrian(14), dan Khaidir(2).

Hingga berita ini diturunkan telah ditemukan dua korban dari Galesong Selatan dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Keduanya atas nama Nengsih dan Khaidir.

Keluarga para korban di Galesong Selatan berharap korban lainnya bisa segera ditemukan dalam keadaan selamat. Masih ada empat orang asal Galesong Selatan ini yang belum diketahui kondisinya.

Peristiwa kecelakaan ini tercatat telah menelan 25 orang korban jiwa. Berikut data korban tewas yang berhasil kami peroleh dari berbagai sumber.

1. Hari Laksono (L), alamat Jl. Jeruk (ASDP Pamatata).
2. Drs. Rurung (L), umur 51 tahun, alamat Jl. Mangga Benteng (suami).
3. Hj. Marlia (P), umur 44 tahun, alamat Jl. Mangga Benteng (istri).
4. Hj. Amawati (P), umur 43 tahun, alamat Desa Laiyolo Kec. Bontosikuyu.
5. Sitti Saerah (P), umur 58 tahun, alamat Desa Onto Kec. Bontomatene.
6. H. Abd. Rasyid (L), alamat Jl. Jend. Ahmad Yani Benteng.
7. Rini Nurianti (P), umur 29, alamat Bonea Kec. Benteng Kep. Selayar.
8. Abizar (L), umur 2 tahun, alamat Bonea (anak Rini Nurianti).
9. Rosmiati (P), umur 40 tahun, alamat Jl. Manga Benteng.
10. Demma Ganrang (L), umur 45 tahun, alamat Kalaroi Kec. Bontomatene.
11. Andi Le’leng (L), umur 47 tahun, alamat Baringan Kec. Bontosikuyu.
12. Syamsuddin (L), umur 50 tahun, alamat Jl. Pierre Tendean Benteng.
13. Hensi (L), umur 64 tahun, alamat Baringan Kec. Bontosikuyu (suami).
14. Ati Mala (P), umur 58 tahun, alamat Baringan Kec. Bontosikuyu.
15. Denniamang (P), umur 74 tahun, alamat Lambongan Kec. Bontomatene.
16. Marwani (P), umur 46 tahun, alamat Sappang Herlang Singa.
17. Hj. Salmiah (P), umur 55 tahun, alamat Kab. Sinjai.
18. A. Abd. Rasyid (L), umur 35 tahun, alamat Jl. Pahlwan Benteng.
19. Suryana (P), umur 55 tahun, alamat Bonehalang Kec. Benteng.
20. Dempa (L), umur 50 tahun, alamat Kalaroi Kec. Bontomatene.
21. Nurlia (P), umur 64 tahun, alamat Batangmata sapo Kec. Bontomatene
22. Andi Junaeda (P), umur 70 tahun, alamat Bone.
23. Norma (P), umur 50 tahun, alamat Benteng Somba Opu.
24. Haidir (L), umur 2 tahun, alamat Takalar/Galesong Selatan.
25. Ningsih (P), umur 25 tahun, alamat Takalar/Galesong Selatan.

Belum ada penyelidikan resmi terkait karamnya kapal ferry ini. Namun kuat dugaan kapal naas ini mengalami kebocoran di lambung kiri kapal akibat tingginya gelombang di sekitar perairan Bulukumba dan Kepulauan Selayar.

Comments

Popular posts from this blog

Sandra Yang Kukenal

Sandra Dewi Hubungan saya dengan wanita kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung itu tidak sedekat dulu. Perbedaan keyakinan dan kesibukan masing-masing membuat kami jarang memiliki waktu untuk bertemu. Ketika Sandra Dewi memutuskan pindah ke Jakarta pada tahun 2001 untuk melanjutkan kuliahnya, saya tetap tetap tinggal di kampung saya di Galesong dan melanjutkan sekolah di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Kecantikannya membuat wanita penggemar Disney ini banyak dilirik oleh produser dunia hiburan di Jakarta. Awalnya hanya ikut kontes kecantikan, ia menang. Setelahnya, karirnya terus menanjak. Sandra, begitu saya sering memanggilnya dulu, ini terlibat di beberapa proyek film layar lebar yang membuat namanya semakin tenar. Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia tarik suara, kurang sukses, tapi namanya sudah terlanjur tenar. Karena tuntutan profesi dan cicilan yang masih banyak, Sandra kemudian menjadi presenter sebuah acara musik di stasiun TV swasta di Jakarta. Acara ini berlangsung cuku...

Menu Yang Sama

Penjual Daging Ayam di Bontopajja Waktu seperti berhenti di tempat jagal ayam potong. Bunyi pisau menyayat setiap bagian danging dan tulang ayam, menghadirkan irama yang perlahan menyadarkankanku, Ramadan akan segera beranjak pergi. Semacam ritual tahunan menjelang hari raya idul Fitri. Tahun ini giliranku mencari bahan opor ayam. Pukul sebelas lebih sedikit, saya memilih datang lebih awal saat antriannya belum ramai. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya waktu sore menjadi saat yang tidak saya sarankan datang ke tempat jagal ini. Menu opor telah menjelma sebagai rasa yang mewakili kepergian bulan ramadan. Karinya seperti ucapan "see you goodbye". Aroma kelapa dan santannya menjadi pelatuk momen perpisahan. Besok tak sama lagi walau menu yang hadir mungkin sama. Kehangatan bulan kesembilan dalam penanggalan hijriah ini memang tak ada tandingannya. Dahaga dan lapar adalah bumbu dari perjuangan sebulan lamanya. Entah dari mana tetapi magis bulan ramadan selalu sama dan akan tetap...

Ridwan Sau dan Gen Z

Ridwan Sau Ridwan Sau seperti mendapatkan angin keduanya di era sosial media ini. Pelantung lagu daerah berbahasa Makassar yang tenar di awal era 2000-an kini kembali sibuk mengisi panggung-panggung di sekitaran Sulawesi. Lagunya yang akrab di teliga remaja 90-an ke bawah ini juga ternyata bisa sangat diterima oleh generasi-Z. Fenomena Ridwan Sau, menjadi bukti bahwa lagu-lagu pop daerah tak lekang oleh waktu. Di era digital ini, di mana musik modern dan internasional mendominasi, lagu-lagu lawas seperti yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau kembali digemari oleh generasi muda, khususnya Gen Z. Media sosial, seperti TikTok dan YouTube, menjadi platform utama yang mempopulerkan kembali lagu-lagu pop daerah. Gen Z, yang dikenal aktif di media sosial, terpapar dengan konten-konten kreatif yang menggunakan lagu-lagu tersebut. Data menunjukkan bahwa 85% Gen Z di Indonesia menggunakan TikTok [Sumber: Katadata]. Platform ini telah melahirkan tren baru, seperti "dance challenge" dan ...