Skip to main content

April Yang Basah

Sore ini saya mau menulis, entah apa saya juga kurang tahu alasannya. Hasrat menulis memang terkadang datang begitu saja. Belum ku tahu bagaimana reaksi kimia yang terjadi hingga tercipta yang dinamakan mood. Mood diserap dari bahasa asing yang kurang lebih bermakna, selera ataupun semangat. Jadi kalau anak-anak milenia zaman sekarang sudah bertitah "saya lagi tidak mood". Maka sebaiknya niat apapun yang ingin ditunaikan bersama oknum yang bertitah itu, urunkanlah.

Akhir-akhir ini cuaca lagi tidak menentu. Hujan yang seharusnya sudah jarang kini terkadang tiba-tiba datang berduyun-duyun dari barat. Membasahi kampung kami sejadi-jadinya. Beruntung angin yang bertiup kencang tidak ikut menyertai.

Tadi pagi saat terbangun saya tiba-tiba mencari sesuatu yang tidak hadir. Rasa manisnya berniang di pangkal lidahku. Aromanya yang khas semakin menjadikan rasa kehilangan atas kehadirannya di bulan-bulan itu. Langsat kini tak hadir. Anomali iklim sungguh sudah terasa hingga ke kampung kami.

Menjelang malam, istriku merintih kesakitan memegan perutnya. Kandungannya yang sudah tujuh bulan lebih semakin membulat. Kami tak menjalani proses scan medik untuk mengetahui jenis kelamin. Mungkin pemahaman kami untuk tidak melewati proses medik itu dipandang udik. Kami percaya bahwa kami adalah generasi-generasi yang lahir dengan surprise jenis kelamin. Mungkin hingga beberapa detik sebelum kami benar-benar terlepas dari rahim, orang tua kami masih memendam penasaran. Sungguh sebuah momen suprise yang mengharukan.

Saat rintihan istriku mulai padam ku ajak iya menjemput tamu di pesta pernikaha keponakan. Saya bertindak sebagai fotografer dadakan. Apple 4 memiliki ukuran pixel kamera yang mumpuni untuk digunakan mengabadikan momen. Dengan tripot murahan yang ku beli di online. Saya cukup percaya diri memotret momen tak terduga.

Hari ini cukup lengkap, semoga kehangatan bulan april senantiasa merangkul harapan kami.

Comments

Popular posts from this blog

Sandra Yang Kukenal

Sandra Dewi Hubungan saya dengan wanita kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung itu tidak sedekat dulu. Perbedaan keyakinan dan kesibukan masing-masing membuat kami jarang memiliki waktu untuk bertemu. Ketika Sandra Dewi memutuskan pindah ke Jakarta pada tahun 2001 untuk melanjutkan kuliahnya, saya tetap tetap tinggal di kampung saya di Galesong dan melanjutkan sekolah di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Kecantikannya membuat wanita penggemar Disney ini banyak dilirik oleh produser dunia hiburan di Jakarta. Awalnya hanya ikut kontes kecantikan, ia menang. Setelahnya, karirnya terus menanjak. Sandra, begitu saya sering memanggilnya dulu, ini terlibat di beberapa proyek film layar lebar yang membuat namanya semakin tenar. Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia tarik suara, kurang sukses, tapi namanya sudah terlanjur tenar. Karena tuntutan profesi dan cicilan yang masih banyak, Sandra kemudian menjadi presenter sebuah acara musik di stasiun TV swasta di Jakarta. Acara ini berlangsung cuku...

Menu Yang Sama

Penjual Daging Ayam di Bontopajja Waktu seperti berhenti di tempat jagal ayam potong. Bunyi pisau menyayat setiap bagian danging dan tulang ayam, menghadirkan irama yang perlahan menyadarkankanku, Ramadan akan segera beranjak pergi. Semacam ritual tahunan menjelang hari raya idul Fitri. Tahun ini giliranku mencari bahan opor ayam. Pukul sebelas lebih sedikit, saya memilih datang lebih awal saat antriannya belum ramai. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya waktu sore menjadi saat yang tidak saya sarankan datang ke tempat jagal ini. Menu opor telah menjelma sebagai rasa yang mewakili kepergian bulan ramadan. Karinya seperti ucapan "see you goodbye". Aroma kelapa dan santannya menjadi pelatuk momen perpisahan. Besok tak sama lagi walau menu yang hadir mungkin sama. Kehangatan bulan kesembilan dalam penanggalan hijriah ini memang tak ada tandingannya. Dahaga dan lapar adalah bumbu dari perjuangan sebulan lamanya. Entah dari mana tetapi magis bulan ramadan selalu sama dan akan tetap...

Ridwan Sau dan Gen Z

Ridwan Sau Ridwan Sau seperti mendapatkan angin keduanya di era sosial media ini. Pelantung lagu daerah berbahasa Makassar yang tenar di awal era 2000-an kini kembali sibuk mengisi panggung-panggung di sekitaran Sulawesi. Lagunya yang akrab di teliga remaja 90-an ke bawah ini juga ternyata bisa sangat diterima oleh generasi-Z. Fenomena Ridwan Sau, menjadi bukti bahwa lagu-lagu pop daerah tak lekang oleh waktu. Di era digital ini, di mana musik modern dan internasional mendominasi, lagu-lagu lawas seperti yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau kembali digemari oleh generasi muda, khususnya Gen Z. Media sosial, seperti TikTok dan YouTube, menjadi platform utama yang mempopulerkan kembali lagu-lagu pop daerah. Gen Z, yang dikenal aktif di media sosial, terpapar dengan konten-konten kreatif yang menggunakan lagu-lagu tersebut. Data menunjukkan bahwa 85% Gen Z di Indonesia menggunakan TikTok [Sumber: Katadata]. Platform ini telah melahirkan tren baru, seperti "dance challenge" dan ...