Musim angin barat kali ini dirasakan cukup besar oleh masyarakat di sulawesi selatan pada umumnya jika dibandingkan dua sampai tiga musim sebelumnya. Angin kencang serta derasnya intensitas hujan dirasakan dibeberapa daerah tidak terkecuali di Takalar. Tanggal 3 februari kemarin, angin kencang yang bertiup dari arah barat menyebabkan bangkitnya gelombang laut yang lumayan tinggi di sekitar perairan Takalar.
Mode transportasi yang melayani penyebrangan antara daratan Takalar menuju kepulauan Tanakeke menemui kisah dukanya. Menurut data salah satu media televisi, setidaknya ada 9 orang korban jiwa dari sekitar 40 orang yang menumpangi perahu berjenis "Jolloro" itu. Data yang tepat belum bisa dipastikan karena tidak adanya manives penumpang kapal. Menurut penuturan salah satu korban selamat bahwa Jolloro yang mereka tumpangi terbalik setelah dihantam ombak besar beberapa meter dari muara sungai Takalar lama. Jolloro yang disesaki penumpang dan bahan sembako ini berangkat dari dermaga sungai Takalar lama menuju kepulauan Tanakeke.
Menurut informasi dari media bahwa selain cuaca yang tidak bersahabat, kecelakaan ini juga diakibatkan oleh humman error. Kelebihan muatan ditengarai berperan besar dari terbaliknya Jolloro naas itu.
Dari beberapa barang bawaan yang didapatkan mengapung, seperti kopi bubuk, gula, beras, serta bahan dapur lainnya maka kuat dugaan mayoritas penumpang baru saja berbelanja kelengkapan dapur di pasar Takalar. Ditemukan juga Kartu "Berua Baji" yang merupakan kartu anggota pendukung pasangan calon pada Pilkada Takalar yang sebentar lagi akan digelar. Menurut informasi yang dihimpun dari salah satu orang tim pendukung "Berua Baji", bahwa salah satu penumpang Jolloro naas itu memang anggota tim sukses dan berniat ke pulau Tanakeke untuk membagikan kartu anggota pendukung tersebut.
Barang penumpang Jolloro |
Oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab, kejadian ini kemudian diarahkan ke ranah politik. Kartu "Berua Baji" difoto di atas tumpukan bahan sembako para korban Jolloro tersebut. Kemudian dibuat seolah-olah bahwa barang-barang tersebut akan dibagikan untuk menarik simpati para pemilih di pulau Tanakeke. Foto-foto itu kemudian disebar luas melalui media online dengan ditambahkan caption yang tendensius dan tidak berperikemanusiaan.
Sempat ku baca salah satu komentar pengguna sosial media di foto tersebut, ia sangat menyayangkan sikap orang yang masih tega-teganya mempolitisasi peristiwa duka disaat keluarga korban masih menunggu kepastian tentang nasib keluarganya.
Sempat ku baca salah satu komentar pengguna sosial media di foto tersebut, ia sangat menyayangkan sikap orang yang masih tega-teganya mempolitisasi peristiwa duka disaat keluarga korban masih menunggu kepastian tentang nasib keluarganya.