Skip to main content

Bersuku dan BerIndonesia

"Dari sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote" itulah defenisi Indonesia waktu ku kecil dulu. Membentang ribuan kilometer dipermukaan bumi dengan georafi yang bermacam rupa. Indonesia negeri yang lahir dari cerita panjang masa lalu. Indonesia dengan manusianya yang beraneka rasa dan bentuk dara. Sudah sepantasnya kita yang merasa ber-Indonesia memanjatkan pujian untukNya sang Pencipta.
Dan pada suatu cerita kutemukan bahwa keaneka ragaman yang Tuhan anugerahkan bukanlah kebaikan bagi sebagian orang.
"orang Jawa itu palla nyawa, orang Bugis itu penakut, orang Papua itu olo-olo" begitulah sepenggal pesan orang tua dari masa lalu.
Dan aku tumbuh menjadi manusia yang rasis setidaknya sampai aku mengerti tentang "Bhine Tunggal Ika" di bangku SMP dulu. Entah mengapa orang tua dulu begitu sempit dan sering tampil arogan dengan kesukuannya.
Dibeberapa sumber sejarah telah kutemukan cerita tentang strategi kompeni merorong nusantara. Para dedemit itu menjalankan politik adu domba di penjuru nusantara. Memisahkan manusia berdasarkan suku dan sebagainya sehingga manusia nusantara di zaman itu menjadi rasis, dan itu terbawa hingga setidaknya sampai orang tuaku.
Dan sekarang aku mengerti bahwa bukan hanya orang tuaku yang memiliki paham demikian. Ternyata dibanyak manusia hingga sekarang masih terbelenggu dengan paham sempit seperti itu. Pernah aku melihat bagaimana temanku dari Jawa memutuskan kekasihnya yang seorang gadis Bugis karena baru saja dapat telepon dari orang tuanya  di kampung. Juga pernah kudengar temanku yang dilarang oleh orang tuanya mencari pasangan hidup orang Jawa dan Makassar dengan berbagai macam alasan yang lagi-lagi sama.
Indonesia dengan 240 juta lebih manusianya yang kuyakini masih banyak diantara mereka yang belum ber-Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

Sandra Yang Kukenal

Sandra Dewi Hubungan saya dengan wanita kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung itu tidak sedekat dulu. Perbedaan keyakinan dan kesibukan masing-masing membuat kami jarang memiliki waktu untuk bertemu. Ketika Sandra Dewi memutuskan pindah ke Jakarta pada tahun 2001 untuk melanjutkan kuliahnya, saya tetap tetap tinggal di kampung saya di Galesong dan melanjutkan sekolah di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Kecantikannya membuat wanita penggemar Disney ini banyak dilirik oleh produser dunia hiburan di Jakarta. Awalnya hanya ikut kontes kecantikan, ia menang. Setelahnya, karirnya terus menanjak. Sandra, begitu saya sering memanggilnya dulu, ini terlibat di beberapa proyek film layar lebar yang membuat namanya semakin tenar. Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia tarik suara, kurang sukses, tapi namanya sudah terlanjur tenar. Karena tuntutan profesi dan cicilan yang masih banyak, Sandra kemudian menjadi presenter sebuah acara musik di stasiun TV swasta di Jakarta. Acara ini berlangsung cuku...

Menu Yang Sama

Penjual Daging Ayam di Bontopajja Waktu seperti berhenti di tempat jagal ayam potong. Bunyi pisau menyayat setiap bagian danging dan tulang ayam, menghadirkan irama yang perlahan menyadarkankanku, Ramadan akan segera beranjak pergi. Semacam ritual tahunan menjelang hari raya idul Fitri. Tahun ini giliranku mencari bahan opor ayam. Pukul sebelas lebih sedikit, saya memilih datang lebih awal saat antriannya belum ramai. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya waktu sore menjadi saat yang tidak saya sarankan datang ke tempat jagal ini. Menu opor telah menjelma sebagai rasa yang mewakili kepergian bulan ramadan. Karinya seperti ucapan "see you goodbye". Aroma kelapa dan santannya menjadi pelatuk momen perpisahan. Besok tak sama lagi walau menu yang hadir mungkin sama. Kehangatan bulan kesembilan dalam penanggalan hijriah ini memang tak ada tandingannya. Dahaga dan lapar adalah bumbu dari perjuangan sebulan lamanya. Entah dari mana tetapi magis bulan ramadan selalu sama dan akan tetap...

Ridwan Sau dan Gen Z

Ridwan Sau Ridwan Sau seperti mendapatkan angin keduanya di era sosial media ini. Pelantung lagu daerah berbahasa Makassar yang tenar di awal era 2000-an kini kembali sibuk mengisi panggung-panggung di sekitaran Sulawesi. Lagunya yang akrab di teliga remaja 90-an ke bawah ini juga ternyata bisa sangat diterima oleh generasi-Z. Fenomena Ridwan Sau, menjadi bukti bahwa lagu-lagu pop daerah tak lekang oleh waktu. Di era digital ini, di mana musik modern dan internasional mendominasi, lagu-lagu lawas seperti yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau kembali digemari oleh generasi muda, khususnya Gen Z. Media sosial, seperti TikTok dan YouTube, menjadi platform utama yang mempopulerkan kembali lagu-lagu pop daerah. Gen Z, yang dikenal aktif di media sosial, terpapar dengan konten-konten kreatif yang menggunakan lagu-lagu tersebut. Data menunjukkan bahwa 85% Gen Z di Indonesia menggunakan TikTok [Sumber: Katadata]. Platform ini telah melahirkan tren baru, seperti "dance challenge" dan ...