Skip to main content

Cek Poin 28

Jika teman-teman berkunjung ke PT Freeport Indonesia di Tembagapura maka anda akan melihat pemandangan unik yang terdapat pada helm (APD) para pekerjanya. Saat itu saya tak sengaja memperhatikan helm para pekerja saat kami makan di Mess hall Melati (kantin raksasa untuk ribuan golongan pekerja kasta kedua di perusahan itu) yang bertulikan CP28.
CP28 yang merupakan singkatan dari Check Point 28, adalah nama lokasi di sekitar bandara Moses Kilangin Timika, Papua. Yang penamaannya didasarkan dari jarak kilometer ke 28 dari titik 0 km yang di mulai dari area pelabuhan Amamapare di sebelah selatan. Check Point 28 dijadikan sebagai simbol gerakan massa para pekerja kasta kedua. Ceritanya bermula sekitar setahun yang lalu, saat itu para pekerja mencapai puncak ketidak puasannya terhadap adanya ketimpangan upah yang diberikan. Beberapa orang mempelopori aksi mogok kerja yang akhirnya diluar dugaan berlangsung selama empat bulan dengan tuntutan agar managemen PTFI memperhatikan kesejahteraan para pekerja.


Karyawan Berkumpul di Cek Poin 28 kota Timika



Empat bulan mogok kerja adalah waktu yang tidak singkat, banyak pekerja yang tak mampu bertahan lalu kemudian menyerah dan kembali bekerja. Apalagi dengan kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan waktu, PTFI memberikan intensif bagi para pekerja yang tidak mogok dengan jumlah yang lumayan fantastis, 1 juta/hari (4 bulan x 1 juta = 120 juta). Akhirnya banyak golongan CP28 yang berkhianat. Saat tuntutan CP28 dikabulkan para pekerja yang mogok yang jumlahnya sekitar 70% dari seluruh total pekerja kembali ke Tembagapura untuk bekerja.

Tembagapura, berada di ketiggiann +2100 mdpl.

Karena adanya rasa kecemburuan sosial antara golongan CP28 dengan para pekerja yang berkhianat maka pada saat itu terlahirlah golongan baru yang bernama “Pengki” yang merupakan singkatan dari “Penghianat”.
Di Bus-bus, di Toilet, di Haul Truck, di dinding tambang, di Tram, dan dimana saja tempanya, banyak tulisan penghinaan terhadap para “Pengki” - semacam psywar. Jika kita naik bus maka para “Pengki” akan duduk paling sudut dengan gaya merunduk. Jika kita masuk ke Messhall maka CP28 akan berjalan gagah menuju ketempat makanan dan memilih lauk pauk dengan style pahlawan, sedangkan “pengki” akan menghindar dan makan dengan suapan yang gemetar. Jika istirahat kerja, para “Pengki” akan mengingat Tuhannya dan bersembunyi di Musallah, di Gereja, halte, WC, serta apapun yang bisa dijadikan tempat bersembunyi.
Karena pekerja di PT.FI berasal dari seluruh Indonesia, maka tulisan penghinaan terhadap “Pengki” ditulis dalam beberpa versi bahasa daerah. “tailasomu pengki” dan “lasonu pengki”, itulah beberapa tulisan  dalam versi yang bisa saya mengerti (bahasa Makassar), tulisan itu ku dapati di dinding Bus pada saat  berangkat menuju area tambang terbuka - Grasberg. Para “pengki” dengan mudah dekanali dari helmnya, pekerja yang di helmnya tidak terdapat tulisan CP28 maka itu bisa dipastikan adalah seorang “Pengki”. Maka akan menjadi masalah pula bagi saya sebagai mahasiswa magang, helm saya polos. Dibeberapa kesempatan pandangan sinis dan amarah-pun pernah saya terima. Jadi jika teman-teman punya kenalan yang bekerja di PTFI coba anda lihat helmnya, jika tidak ada tulisan "CP28" maka bisa saja anda telah bertemu dengan seorang "Pengki". Tetapi itu tidak lantas menjadikan anda berhak memberikan reaksi layaknya anda seorang anggota CP28.

Popular posts from this blog

Sandra Yang Kukenal

Sandra Dewi Hubungan saya dengan wanita kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung itu tidak sedekat dulu. Perbedaan keyakinan dan kesibukan masing-masing membuat kami jarang memiliki waktu untuk bertemu. Ketika Sandra Dewi memutuskan pindah ke Jakarta pada tahun 2001 untuk melanjutkan kuliahnya, saya tetap tetap tinggal di kampung saya di Galesong dan melanjutkan sekolah di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Kecantikannya membuat wanita penggemar Disney ini banyak dilirik oleh produser dunia hiburan di Jakarta. Awalnya hanya ikut kontes kecantikan, ia menang. Setelahnya, karirnya terus menanjak. Sandra, begitu saya sering memanggilnya dulu, ini terlibat di beberapa proyek film layar lebar yang membuat namanya semakin tenar. Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia tarik suara, kurang sukses, tapi namanya sudah terlanjur tenar. Karena tuntutan profesi dan cicilan yang masih banyak, Sandra kemudian menjadi presenter sebuah acara musik di stasiun TV swasta di Jakarta. Acara ini berlangsung cuku...

Menu Yang Sama

Penjual Daging Ayam di Bontopajja Waktu seperti berhenti di tempat jagal ayam potong. Bunyi pisau menyayat setiap bagian danging dan tulang ayam, menghadirkan irama yang perlahan menyadarkankanku, Ramadan akan segera beranjak pergi. Semacam ritual tahunan menjelang hari raya idul Fitri. Tahun ini giliranku mencari bahan opor ayam. Pukul sebelas lebih sedikit, saya memilih datang lebih awal saat antriannya belum ramai. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya waktu sore menjadi saat yang tidak saya sarankan datang ke tempat jagal ini. Menu opor telah menjelma sebagai rasa yang mewakili kepergian bulan ramadan. Karinya seperti ucapan "see you goodbye". Aroma kelapa dan santannya menjadi pelatuk momen perpisahan. Besok tak sama lagi walau menu yang hadir mungkin sama. Kehangatan bulan kesembilan dalam penanggalan hijriah ini memang tak ada tandingannya. Dahaga dan lapar adalah bumbu dari perjuangan sebulan lamanya. Entah dari mana tetapi magis bulan ramadan selalu sama dan akan tetap...

Ridwan Sau dan Gen Z

Ridwan Sau Ridwan Sau seperti mendapatkan angin keduanya di era sosial media ini. Pelantung lagu daerah berbahasa Makassar yang tenar di awal era 2000-an kini kembali sibuk mengisi panggung-panggung di sekitaran Sulawesi. Lagunya yang akrab di teliga remaja 90-an ke bawah ini juga ternyata bisa sangat diterima oleh generasi-Z. Fenomena Ridwan Sau, menjadi bukti bahwa lagu-lagu pop daerah tak lekang oleh waktu. Di era digital ini, di mana musik modern dan internasional mendominasi, lagu-lagu lawas seperti yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau kembali digemari oleh generasi muda, khususnya Gen Z. Media sosial, seperti TikTok dan YouTube, menjadi platform utama yang mempopulerkan kembali lagu-lagu pop daerah. Gen Z, yang dikenal aktif di media sosial, terpapar dengan konten-konten kreatif yang menggunakan lagu-lagu tersebut. Data menunjukkan bahwa 85% Gen Z di Indonesia menggunakan TikTok [Sumber: Katadata]. Platform ini telah melahirkan tren baru, seperti "dance challenge" dan ...