Bendera itu selalu berkibar di depan mesjid hanya pada hari besar agama Islam. Warnanya hijau dengan gambar sepasang bulan dan bintang berwarna putih di tengahnya. Di bawah gambar bulan bintang terdapat tulisan “IMMIM”. Saat kecil dulu sering aku disuruh untuk memasang bendera penuh misteri itu di depan mesjid, aku melakukannya dengan bangga. Aku sering menganggapnya bendera agama Islam. Atau pada suatu imajinasi aku menggapnya sebagai bendera yang akan menuntunku masuk ke surga. Sampai aku naik kelas enam Sekolah Dasar aku baca disepotong kertas Koran bekas pembungkus kacang “pesanteren IMMIM”
Bendera ini adalah saksi nyata peninggalan proyek Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa tempo dulu. Aku tidak tahu tahun berapa mahasiswa KKN itu pernah singgah di kampungku, aku belum lahir kawan. “saat itu kamu belum lahir, bahkan di kampung belum ada mesjid, hanya ada surau dari kayu uling” begitulah kata pamanku.
Sejak saat itu di dalam pikiranku telah tertanam gambaran tentang mahasiswa KKN. Pahlawan dengan dara muda atau malaikat pencerah bagi masyarakat udik seperti pamanku. Memberikan pencerahan bagi zaman kegelapan yang masi melanda kampungku sampai akhir tahun sembilang puluhan. Almamater dengan nilai gengsi yang tinggi, gaya sisir berbau manusia terdidik senantiasa menyertai golongan mahasiswa yang ber-KKN. Aku bangga pada mereka, aku bangga pada cara mereka memandang hidup. Dan aku bangga meski yang mereka tinggalkan hanya selembar bendera yang membuatku bertanya-tanya waktu kecil dulu.
Waktu berganti dan yang datang silih berganti, mahasiswa KKN hampir setiap tahun mampir di kampungku. Sampai pada saat giliranku kini menjadi bagian dari mereka, aku akan menjadi golongan manusia pencerah kawan –semoga!. Hari ini disaksikan oleh kulitku yang sawo matang yang sedari tadi bergenang peluh, aku melakukannya kawan aku akan ber-KKN. Aku akan membuat prasasati di kampung orang, aku akan membuat tuguh “SEHATI”. Dan aku akan memakai almamater dengan penuh amanah bukan bebang. Lihat aku, aku adalah mahasiswa.
Bersama Anak Posko Kelurahan Labakkang |
Bersama Kepala Desa Bonto Manai, Kec Labakkang, Pangkep |
Comments
Post a Comment