Aku sudah bisa dikatakan remaja bila remaja didefinisikan dari usia. Langit-langit ku telah terasa asing dengan garam, manis dengan gula dan asam pahit dirundung debu jalanan. Ditahun baru ini aku berniat berbenah, menata hati yang nampak telah porak-poranda di hantam dua badai ditahun lalu. Kurasa terlalu rapuh pondasi yang kubangun, ku akui aku mengabaikan hukum logika semesta dan mengentengkan rumus-rumus orang-orang alim.
Jika dikaji dengan pikiran dangkal, cobaan perasaan telah mengantamku. Mematikan hasrat untuk mengatakan aku adalah merah. Kajian dangkal membuat aku berlebihan dalam memberikan aksi. Hilang kesederhanaan, hilang mata hati, hilang logika. Yang datang adalah melangkolis, kajian dengan rasa, semangat untuk cepat melihat hasil. Kesabaran mati surih.
Aku mesti belajar dari masa lalu. Jika kembali ku lihat diriku dengan kajian sesat yang telah teridentifikasi maka bisa dipastikan aku kembali akan menjadi terdakwa. Berada pada pilihan Tuhan, berada pada sebuah susana yang romantis. Susana yang memungkinkan kita menyadari kekasih hati -Tuhan.
Comments
Post a Comment