Skip to main content

Leo

Leo
Tuhan dengan kuasa mutlak yang tak terbantahkannya menitipkanku pada sepasang insan manusia yang bersatu dalam ikatan cinta pernikahan. dua puluh dua tahun lalu dari hitungan tahun hijriyah, aku berkat usaha ibu yang berkerja sama dengan dukung beranak aku terlahir ke dunia sebagai bocah kumuh yang sedikit kampungan.
Bulan Muharram bagi sebagian besar masyarakat suku asli makassar pedalaman adalah bulan dengan segala kisah heroik perjuangan Islam dimasa lalu. Bagi mereka dibulan inlah sejumlah perang besar tercatat oleh sejarah. Mereka menggelar bulan ini dengan sebutan "bulang Bambang" yang artinya kurang lebih bulan yang panas penuh gejolak. Sehingga dikehidupan masyarakat suku makassar sering menggelar untuk mendinginkan bulan Muharram ini, begitulah kepercayaan mereka. Dulu saat aku masi kecil aku sering dilarang bepergian, memanjat pohon, berenang di laut, bahkan aku dilarang tidur di atas rumah pohon yang aku buat, itu semua karena aorah bulan Muharram yang sangat disakralkan.
7 Muharram 1411 H, dua puluh tahun yang lalu aku lahir ke dunia dan sekarang telah tumbuh dirawat dalam tungku kemiskinan keluarga nelayan dan tempaan panas barah palu penderitaan. Aku yang terlahir dibulan paling panas dalam mitos suku makassar, telah menjadi sesosok umat yang tindak tanduknya tidak jauh dari kata "panas". Watak tinggi tensi, cepat naik pitan adalah warna alamia dalam merah darahku. Tak ada yang bisa dibanggakan dari sesosok jasad yang bernyawa dengan bentuk paling kolok seperti ku. Merupakan satu dari tujuh milyar lebih penduduk bumi yang terdeteksi mengidap penyakit jiwa tingkat awal. Aku, itu kawan.

Ada yang ingin aku ceritakan perihal tanggal lahirku ini kawan, dulu saat aku masi duduk di bangku sekolah dasar. Guruh ku pernah bertanya tentang tanggal lahirku. Aku pulang ke rumah bertanya kepada ibu ku. setelah menerawang ke masa lalu ibu memberikan keterangan yang aku tak paham maksudnya, "7-1-1411 H".
Ketika kubawa ke depan guru ku kulihat ia dengan sedikit senyum dan ribuan rasa bingung."ijasah sekolah dasar tak mengharapkan penanggalan tahun hijriyah anak muda", itulah bahasa tubuh yang bisa kuartikan dari guru ku. Esoknya tanpa pamit guru ku telah mencantumkan 3 Februari 1990 sebagai tanggal lahirku di rapor yang berwarna merah hati, itulah rapor pertamaku. Aku tak ambil pusing.
Sekarang setelah aku mendapatkan sedikit ilmu dasar perbintangan. Aku berminat untuk mencari tanggal lahirku dalam perhitungan tahun Masehi. Dengan kerja keras, mengumpulkan cerita dari buku-buku dan inti dari jumlah hari tahun hijriyah dan tahun Masehi maka kudapatkan satu kepastian yang kuyakini. Aku dengan rasa bangga telah mendapatkan kunci rahasia dibalik waktu. Telah kudaptkan tanggal paling bersejarah selama karierku manjadi manusia. 30 juli 1990, itulah tanggal lahirku kawan.
Meski itu tidak akan mengubah deretan angka lahir diseluruh data akademikku nantinya, tapi aku senang bukan kepalan karena telah kudapatkan rahasia besar waktu dari masa awal kehidupanku. Ternyata aku seorang putra Leo.

Comments

Popular posts from this blog

Sandra Yang Kukenal

Sandra Dewi Hubungan saya dengan wanita kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung itu tidak sedekat dulu. Perbedaan keyakinan dan kesibukan masing-masing membuat kami jarang memiliki waktu untuk bertemu. Ketika Sandra Dewi memutuskan pindah ke Jakarta pada tahun 2001 untuk melanjutkan kuliahnya, saya tetap tetap tinggal di kampung saya di Galesong dan melanjutkan sekolah di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Kecantikannya membuat wanita penggemar Disney ini banyak dilirik oleh produser dunia hiburan di Jakarta. Awalnya hanya ikut kontes kecantikan, ia menang. Setelahnya, karirnya terus menanjak. Sandra, begitu saya sering memanggilnya dulu, ini terlibat di beberapa proyek film layar lebar yang membuat namanya semakin tenar. Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia tarik suara, kurang sukses, tapi namanya sudah terlanjur tenar. Karena tuntutan profesi dan cicilan yang masih banyak, Sandra kemudian menjadi presenter sebuah acara musik di stasiun TV swasta di Jakarta. Acara ini berlangsung cuku...

Menu Yang Sama

Penjual Daging Ayam di Bontopajja Waktu seperti berhenti di tempat jagal ayam potong. Bunyi pisau menyayat setiap bagian danging dan tulang ayam, menghadirkan irama yang perlahan menyadarkankanku, Ramadan akan segera beranjak pergi. Semacam ritual tahunan menjelang hari raya idul Fitri. Tahun ini giliranku mencari bahan opor ayam. Pukul sebelas lebih sedikit, saya memilih datang lebih awal saat antriannya belum ramai. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya waktu sore menjadi saat yang tidak saya sarankan datang ke tempat jagal ini. Menu opor telah menjelma sebagai rasa yang mewakili kepergian bulan ramadan. Karinya seperti ucapan "see you goodbye". Aroma kelapa dan santannya menjadi pelatuk momen perpisahan. Besok tak sama lagi walau menu yang hadir mungkin sama. Kehangatan bulan kesembilan dalam penanggalan hijriah ini memang tak ada tandingannya. Dahaga dan lapar adalah bumbu dari perjuangan sebulan lamanya. Entah dari mana tetapi magis bulan ramadan selalu sama dan akan tetap...

Ridwan Sau dan Gen Z

Ridwan Sau Ridwan Sau seperti mendapatkan angin keduanya di era sosial media ini. Pelantung lagu daerah berbahasa Makassar yang tenar di awal era 2000-an kini kembali sibuk mengisi panggung-panggung di sekitaran Sulawesi. Lagunya yang akrab di teliga remaja 90-an ke bawah ini juga ternyata bisa sangat diterima oleh generasi-Z. Fenomena Ridwan Sau, menjadi bukti bahwa lagu-lagu pop daerah tak lekang oleh waktu. Di era digital ini, di mana musik modern dan internasional mendominasi, lagu-lagu lawas seperti yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau kembali digemari oleh generasi muda, khususnya Gen Z. Media sosial, seperti TikTok dan YouTube, menjadi platform utama yang mempopulerkan kembali lagu-lagu pop daerah. Gen Z, yang dikenal aktif di media sosial, terpapar dengan konten-konten kreatif yang menggunakan lagu-lagu tersebut. Data menunjukkan bahwa 85% Gen Z di Indonesia menggunakan TikTok [Sumber: Katadata]. Platform ini telah melahirkan tren baru, seperti "dance challenge" dan ...