Skip to main content

Transformer Vs Tarzan

Seperti bom molotof yang tinggal ditarik pemicunya, begitulah permusuhan Teknik UNHAS dengan Kehutanan UNHAS. Setiap ada peluang maka mereka akan bercumbu dalam defenisi yang dipelesetkan. Tadi malam menyambung peristiwa sore hari sebelumnya, kedua fakultas ini kembali membuktikan jargon "pa'bambangangi na' tolo". Beberapa korban luka dari kedua pihak telah berguguran. Aku tak tahu harus menyalahkan siapa. Siapa aku siapa mereka?.
Mahasiswa universitas yang berlogo ayam jago ini selalu merasa dirinya jago. Setiap saat di setiap kesempatan arwah penasaran ayam jago yang mati karena H5N1 merasuki jiwa mahasiswa-mahasiwa ini. Tiba-tiba menjadi kesetanan tak pandang bulu, meghancurkan sana sini. Tadi malam beberapa personil keamanan berpakaian lengkap khas untuk meringkus begundal-begundal yang bermasa depan suram ini.
Teknik UNHAS menjadi yang terdepan dalam segala kekacauan di kampus merah. Kaca-kaca ruang perkuliahan setiap tahun diperbaharui karena batu bata dengan jadwal yang teratur senang tiasa mendarat. Anak Teknik UNHAS jago kalau banyak, kalau duel mana berani. Sifat mereka tidak bedah jauh dengan loga kemakmurannya, "tengkorak lanun".
Jika kelak menjadi alumni, sana sini cari kerja, mereka ditolak dengan alasan yang sama, atitude-nya yang keseleo. bagi mereka bukti kejayaan adalah kekerasan. Kota Makassar disulapnya sebagai kota yang kacau, diciptakannya citra tak pantas untuk kota besar seperti Makassar. "asal kalian tahu, aku pemuda asli makassar, dan kami keras tapi tidak kasar".
Teknik Unhas Vs Kehutanan Unhas, Tadi malam kembali bercumbu. Aku seperti menyaksikan film Transformer yang dikaloborasi dengan Tarzan on The Movie oleh sutradara yang tak perluh disebutkan inisialnya.


Comments

  1. siapa yang pa'bambangang?? kami hanya membela apa yang kami bela?? kalau tolo?? kayaknya kalian yang tolo( fakultas yg kami sebut fakultas lain-lain dan penulis tentunya), seharusnya kalau buat tulisan umum itu tidak boleh memihak, karena bisa jadi provokatif ces... kalau ndk tau juga cerita janganmi berkomentar, karena kau itu cuma dibodohi oleh media bro...

    kalau bentrok kemarin jangan salahkan kami..
    kalian yang datang berkunjung duluan ke fakultas tercinta kami, dengan melempar batu, kami hanya melakukan pertahanan dan tentunya serangan balik.. kalau kalian ndk datang kemarin ndk bakalan ji terjadi.. itu karena kalian yang lebih pa'bambangan na tolo...

    dia yang menyerang dia yang habis.. hahahaha tolo memang

    ReplyDelete
  2. bangga dengan prestasi yang tak bermutu n tak bermoral.....
    kemenangan dari hasil tawuran menjadi kebanggaan....
    masalah yang sharusnya bisa di selesaikan dengan otak malah diselesaikan dengan otot....
    semoga mahasiswa yang ikut tawuran dan semua otak dari tawuran ini bisa segera selesai dengan 2 huruf DO

    ReplyDelete
  3. Bom molotov tidak punya pemicu tinggal dilempar, pecah dan terbakar. Kalau granat iya...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sandra Yang Kukenal

Sandra Dewi Hubungan saya dengan wanita kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung itu tidak sedekat dulu. Perbedaan keyakinan dan kesibukan masing-masing membuat kami jarang memiliki waktu untuk bertemu. Ketika Sandra Dewi memutuskan pindah ke Jakarta pada tahun 2001 untuk melanjutkan kuliahnya, saya tetap tetap tinggal di kampung saya di Galesong dan melanjutkan sekolah di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Kecantikannya membuat wanita penggemar Disney ini banyak dilirik oleh produser dunia hiburan di Jakarta. Awalnya hanya ikut kontes kecantikan, ia menang. Setelahnya, karirnya terus menanjak. Sandra, begitu saya sering memanggilnya dulu, ini terlibat di beberapa proyek film layar lebar yang membuat namanya semakin tenar. Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia tarik suara, kurang sukses, tapi namanya sudah terlanjur tenar. Karena tuntutan profesi dan cicilan yang masih banyak, Sandra kemudian menjadi presenter sebuah acara musik di stasiun TV swasta di Jakarta. Acara ini berlangsung cuku...

Menu Yang Sama

Penjual Daging Ayam di Bontopajja Waktu seperti berhenti di tempat jagal ayam potong. Bunyi pisau menyayat setiap bagian danging dan tulang ayam, menghadirkan irama yang perlahan menyadarkankanku, Ramadan akan segera beranjak pergi. Semacam ritual tahunan menjelang hari raya idul Fitri. Tahun ini giliranku mencari bahan opor ayam. Pukul sebelas lebih sedikit, saya memilih datang lebih awal saat antriannya belum ramai. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya waktu sore menjadi saat yang tidak saya sarankan datang ke tempat jagal ini. Menu opor telah menjelma sebagai rasa yang mewakili kepergian bulan ramadan. Karinya seperti ucapan "see you goodbye". Aroma kelapa dan santannya menjadi pelatuk momen perpisahan. Besok tak sama lagi walau menu yang hadir mungkin sama. Kehangatan bulan kesembilan dalam penanggalan hijriah ini memang tak ada tandingannya. Dahaga dan lapar adalah bumbu dari perjuangan sebulan lamanya. Entah dari mana tetapi magis bulan ramadan selalu sama dan akan tetap...

Ridwan Sau dan Gen Z

Ridwan Sau Ridwan Sau seperti mendapatkan angin keduanya di era sosial media ini. Pelantung lagu daerah berbahasa Makassar yang tenar di awal era 2000-an kini kembali sibuk mengisi panggung-panggung di sekitaran Sulawesi. Lagunya yang akrab di teliga remaja 90-an ke bawah ini juga ternyata bisa sangat diterima oleh generasi-Z. Fenomena Ridwan Sau, menjadi bukti bahwa lagu-lagu pop daerah tak lekang oleh waktu. Di era digital ini, di mana musik modern dan internasional mendominasi, lagu-lagu lawas seperti yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau kembali digemari oleh generasi muda, khususnya Gen Z. Media sosial, seperti TikTok dan YouTube, menjadi platform utama yang mempopulerkan kembali lagu-lagu pop daerah. Gen Z, yang dikenal aktif di media sosial, terpapar dengan konten-konten kreatif yang menggunakan lagu-lagu tersebut. Data menunjukkan bahwa 85% Gen Z di Indonesia menggunakan TikTok [Sumber: Katadata]. Platform ini telah melahirkan tren baru, seperti "dance challenge" dan ...