Skip to main content

Reconciled with The Soldiers

Banyak hal yang indah, banyak hal yang unik dan banyak hal yang tak terduga. Pagi ini ketika aku menikmati nyanyian alam di suatu sudut kampus merah yang mendadak telah menjadi markas Brimob. Suasana kampus yang masi sunyi senyap menambah syahdu raungan nyamuk got yang hitam. Kulihat diatas sana, di bawah rindang pohon randu sekumpulan PELOPOR berpakain hijau tai Sapi lengkap dengan AK47-nya menikmati tiap detik yang berlalu dengan tujuan muliah. Satu diantara mereka mendekatiku dengan AK47 ditangan kanannya dan sebuah gitar di tangan kirinya. Mencairkan susana dengan satu syair lagu dari Slank "Ku Tak Bisah", aku turut larut dalam syair dan mencoba menggali teknik menyanyiku yang telah terkubur. Diam-diam aku tak mau kalah dengan manusia berbaret yang nongkrong di sebelahku. Alam namanya, dari kesatuan Brigade Mobil Pa'baeng-baeng. Kami secara tiba-tiba telah akrab, dari caranya memitik gitar dan mengalungkan lagu maka segerah kutahu ia adalah seorang seniman ulung hasil tempaan markas baret coklat.
Banyak hal yang tak terduga begitu pulah pagi ini, aku yang sejak pertama kali bisa bernafas tidak pernah bisa akrab dengan pasukan dalam bentuk apapun baik Tentara lebih-lebih Polisi. Tapi pagi ini secara tidak sengaja oleh Tuhan aku diakrabkan dengan pasukan. Ini bisa dikatakan hal memalukan bagi prinsip hidupku, menjilat, dan tak konsisten, Entah lah. Setiap kejadian akan ada sebongkah hikma yang bisa di telang.
Banyak hal yang unik begitu pulah disetiap masa yang kita lalui. Kejadian amarah yang melanda kampus merah satu pekan terkahir menciptakan suasana akrab kami dengan Baret Coklat. Mereka yang secara kekuatan hukum diperkenangkan bersemayam di dalam kampus telah berubah menjadi mahluk Tuhan yang bersahabat, bertolak belakang dengan tindak tanduknya ketika mereka show di jalan raya. Ramah tama yang selayakya mereka nampakkan setiap kesempatan bertugas kini di mereka pertunjukkan. Tak ada sekat dan aroma ketegangan.
Banyak hal yang indah begitu pulah bentuk permusuhanku dengan Polisi dan Tentara yang pagi ini tiba-tiba menjadi damai. Pandangan buruk di masa lalu terhadap mereka sekarang jelas warnanya, Indah-nya sebuah persahabatan.

Dibawah ini bukti perdamain kami, mereka membagikan Video prestasinya sebagai seniman.

Comments

Popular posts from this blog

Sandra Yang Kukenal

Sandra Dewi Hubungan saya dengan wanita kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung itu tidak sedekat dulu. Perbedaan keyakinan dan kesibukan masing-masing membuat kami jarang memiliki waktu untuk bertemu. Ketika Sandra Dewi memutuskan pindah ke Jakarta pada tahun 2001 untuk melanjutkan kuliahnya, saya tetap tetap tinggal di kampung saya di Galesong dan melanjutkan sekolah di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Kecantikannya membuat wanita penggemar Disney ini banyak dilirik oleh produser dunia hiburan di Jakarta. Awalnya hanya ikut kontes kecantikan, ia menang. Setelahnya, karirnya terus menanjak. Sandra, begitu saya sering memanggilnya dulu, ini terlibat di beberapa proyek film layar lebar yang membuat namanya semakin tenar. Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia tarik suara, kurang sukses, tapi namanya sudah terlanjur tenar. Karena tuntutan profesi dan cicilan yang masih banyak, Sandra kemudian menjadi presenter sebuah acara musik di stasiun TV swasta di Jakarta. Acara ini berlangsung cuku...

Menu Yang Sama

Penjual Daging Ayam di Bontopajja Waktu seperti berhenti di tempat jagal ayam potong. Bunyi pisau menyayat setiap bagian danging dan tulang ayam, menghadirkan irama yang perlahan menyadarkankanku, Ramadan akan segera beranjak pergi. Semacam ritual tahunan menjelang hari raya idul Fitri. Tahun ini giliranku mencari bahan opor ayam. Pukul sebelas lebih sedikit, saya memilih datang lebih awal saat antriannya belum ramai. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya waktu sore menjadi saat yang tidak saya sarankan datang ke tempat jagal ini. Menu opor telah menjelma sebagai rasa yang mewakili kepergian bulan ramadan. Karinya seperti ucapan "see you goodbye". Aroma kelapa dan santannya menjadi pelatuk momen perpisahan. Besok tak sama lagi walau menu yang hadir mungkin sama. Kehangatan bulan kesembilan dalam penanggalan hijriah ini memang tak ada tandingannya. Dahaga dan lapar adalah bumbu dari perjuangan sebulan lamanya. Entah dari mana tetapi magis bulan ramadan selalu sama dan akan tetap...

Ridwan Sau dan Gen Z

Ridwan Sau Ridwan Sau seperti mendapatkan angin keduanya di era sosial media ini. Pelantung lagu daerah berbahasa Makassar yang tenar di awal era 2000-an kini kembali sibuk mengisi panggung-panggung di sekitaran Sulawesi. Lagunya yang akrab di teliga remaja 90-an ke bawah ini juga ternyata bisa sangat diterima oleh generasi-Z. Fenomena Ridwan Sau, menjadi bukti bahwa lagu-lagu pop daerah tak lekang oleh waktu. Di era digital ini, di mana musik modern dan internasional mendominasi, lagu-lagu lawas seperti yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau kembali digemari oleh generasi muda, khususnya Gen Z. Media sosial, seperti TikTok dan YouTube, menjadi platform utama yang mempopulerkan kembali lagu-lagu pop daerah. Gen Z, yang dikenal aktif di media sosial, terpapar dengan konten-konten kreatif yang menggunakan lagu-lagu tersebut. Data menunjukkan bahwa 85% Gen Z di Indonesia menggunakan TikTok [Sumber: Katadata]. Platform ini telah melahirkan tren baru, seperti "dance challenge" dan ...