Rita Uli Hutapea - detikNews
Barack Obama dan Silvio Berlusconi di lokasi gempa (AFP) Roma - Tujuh ilmuwan di Italia telah ditangkap terkait bencana gempa bumi di Italia pada tahun 2009 lalu yang menewaskan lebih dari 300 orang. Ketujuh pakar itu didakwa melakukan pembunuhan secara tak disengaja karena gagal mengingatkan warga sebelum gempa dahsyat itu terjadi. Pengacara-pengacara ketujuh ilmuwan tersebut mengecam dakwaan yang dijatuhkan pada Kamis, 26 Mei waktu setempat. Alasannya, mustahil untuk memprediksi gempa.
Namun hakim Giuseppe Romano Gargarella seperti dilansir News.com.au, Jumat (27/5/2011) memerintahkan para terdakwa yang merupakan anggota komisi risiko tinggi pemerintah untuk hadir di persidangan yang akan digelar di Kota L'Aquila pada 20 September mendatang.
Menurut hakim, para terdakwa telah memberikan informasi yang tidak pasti, tidak lengkap dan bertolak belakang mengenai apakah getaran-getaran kecil yang dirasakan di L'Aquila dalam enam bulan sebelum gempa dahsyat pada April 2009 itu bisa dianggap sebagai peringatan akan terjadinya gempa besar.
Para penuntut memfokuskan kasus ini pada sebuah memo yang dikeluarkan setelah pertemuan komisi tersebut pada Maret 2009. Pertemuan itu digelar dikarenakan meningkatnya kekhawatiran akan aktivitas kegempaan saat itu. Dalam memo yang dikeluarkan sepekan sebelum gempa dahsyat itu, disebutkan bahwa para pakar telah menyimpulkan kalau gempa besar "mustahil" meski tak bisa dikesampingkan.
Para anggota komisi kemudian mempertegas pada media bahwa gempa-gempa kecil selama enam bulan itu bukan hal aneh di wilayah seismik tinggi dan tidak berarti bahwa gempa dahsyat akan terjadi.
Bahkan dalam sebuah wawancara, seorang anggota komisi Bernardo De Bernardis mengisyaratkan kalau warga tetap bisa rileks. "Tentu saja, tentu saja," ujarnya ketika ditanyai apakah warga bisa tetap rileks.
Menurut para penuntut dalam berkas dakwaan, opini yang meyakinkan seperti itu "membujuk para korban untuk tetap tinggal di rumah".
Namun menurut para pengacara terdakwa, mengingat gempa tak bisa diprediksi, maka anggapan bahwa komisi itu seharusnya mengeluarkan peringatan gempa tidaklah masuk akal.
Gempa berkekuatan 6,3 Skala Richter yang meluluhlantakkan Kota L'Aquila pada 2009 lalu menewaskan 308 orang. Ribuan korban yang selamat tinggal di tenda-tenda darurat atau tempat penampungan selama berbulan-bulan.
(ita/nrl)
-- Menurut hakim, para terdakwa telah memberikan informasi yang tidak pasti, tidak lengkap dan bertolak belakang mengenai apakah getaran-getaran kecil yang dirasakan di L'Aquila dalam enam bulan sebelum gempa dahsyat pada April 2009 itu bisa dianggap sebagai peringatan akan terjadinya gempa besar.
Para penuntut memfokuskan kasus ini pada sebuah memo yang dikeluarkan setelah pertemuan komisi tersebut pada Maret 2009. Pertemuan itu digelar dikarenakan meningkatnya kekhawatiran akan aktivitas kegempaan saat itu. Dalam memo yang dikeluarkan sepekan sebelum gempa dahsyat itu, disebutkan bahwa para pakar telah menyimpulkan kalau gempa besar "mustahil" meski tak bisa dikesampingkan.
Para anggota komisi kemudian mempertegas pada media bahwa gempa-gempa kecil selama enam bulan itu bukan hal aneh di wilayah seismik tinggi dan tidak berarti bahwa gempa dahsyat akan terjadi.
Bahkan dalam sebuah wawancara, seorang anggota komisi Bernardo De Bernardis mengisyaratkan kalau warga tetap bisa rileks. "Tentu saja, tentu saja," ujarnya ketika ditanyai apakah warga bisa tetap rileks.
Menurut para penuntut dalam berkas dakwaan, opini yang meyakinkan seperti itu "membujuk para korban untuk tetap tinggal di rumah".
Namun menurut para pengacara terdakwa, mengingat gempa tak bisa diprediksi, maka anggapan bahwa komisi itu seharusnya mengeluarkan peringatan gempa tidaklah masuk akal.
Gempa berkekuatan 6,3 Skala Richter yang meluluhlantakkan Kota L'Aquila pada 2009 lalu menewaskan 308 orang. Ribuan korban yang selamat tinggal di tenda-tenda darurat atau tempat penampungan selama berbulan-bulan.
(ita/nrl)
"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"
Tanggapan Ahli dari BMKG
Assalamu Alaikum,
Ini merupakan laporan yang menarik, di satu sisi gempabumi memang sulit diprediksikan secara tepat karena ini berhubungan dengan kekuaaan Allah. kapan pun bisa terjadi.Namun kalau pertanyaannya dimana kemungkinan dan memiliki seismistas tinggi sehingga berpotensi terjadinya gempabumi maka secara teori dapat dijelaskan. Sebagai contoh saat warga jepang menunggu gempabumi tokyo yang probababitas katanya dah mencapai 90 % tahun ini, justru gempabumi tohoku (sendai) yang pecah duuan pada bulan maret 2011. Gempabumi ini tidak tanggung2 karena berhasil membangkitkan gelombang dahsyat bernama tsunami. Gempabumi tohoku sebenarnya tidak lepas dari pengamatan ahli seismologi jepang, namun mereka menganggap gempabumi tohoku tidak akan besar dan membangkitkan gelombang tsunami dan mereka pun tidak berharap akan berkunjung ke jepang tahun ini.. Dengan pemodelan yang mereka buat segmen yang pecah saat gempabumi cuma 1 segmen, namun saat kejadiaan tgl 11 maret 2011 ternyata pecah 3 segmen. Dalam hal ini mereka underestimated dan underpredictibel.
Namun demikian untuk tujuan mitigasi gempabumi dan tsunami prediksi atau istilah yang lebih tepat saat ini precursor bukan tidak penting untuk dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Dalam bahasa precursor dikenal tiga term, yaitu short term untuk estimasi probabilitas gempabumi dengan perioda ulang pendek, middle term, untuk perioda ulang menengah dan long term untuk perioda ulang yang panjang sekitar 2500 thn.
Wassalam,
Imran
Namun demikian untuk tujuan mitigasi gempabumi dan tsunami prediksi atau istilah yang lebih tepat saat ini precursor bukan tidak penting untuk dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Dalam bahasa precursor dikenal tiga term, yaitu short term untuk estimasi probabilitas gempabumi dengan perioda ulang pendek, middle term, untuk perioda ulang menengah dan long term untuk perioda ulang yang panjang sekitar 2500 thn.
Wassalam,
Imran
Comments
Post a Comment