Tuhan, aku mulai mengerti skenario yang Engkau tulis. Aku paham dengan kehendak Mu. Dan aku jalani semua takdir yang telah mendidik aku untuk meyakini ke esahan Mu menjadi sepenggal kekuatanku.
Aku terlahir seorang diri, matipun demikian, hakikat kekasih terbaik ada pada Muh. Dentuman-dentuman kecil dalam hatiku yang serinku kudefenisikan sebagai cinta, tidak lain dan tidak bukan adalah bisikan mu pada ku. Kau tak ingin melihatku seperti orang biasa yang menikmati hidupnya selayaknya orang biasa. Sempat kuragukan keadailan Mu, sempat kuragukan firman Mu. Tapi semakin kujalani itu semakin kuyakin akan diri Mu.
Aku terlahir seorang diri, matipun demikian, hakikat kekasih terbaik ada pada Muh. Dentuman-dentuman kecil dalam hatiku yang serinku kudefenisikan sebagai cinta, tidak lain dan tidak bukan adalah bisikan mu pada ku. Kau tak ingin melihatku seperti orang biasa yang menikmati hidupnya selayaknya orang biasa. Sempat kuragukan keadailan Mu, sempat kuragukan firman Mu. Tapi semakin kujalani itu semakin kuyakin akan diri Mu.
Dulu sebelum aku merasakan dentuman-dentuman kecil dalam hatiku aku hanyalah orang sederhana, kecil, dan duduk manis di sudut sana. Aku tahu setiap hidup memiliki tahap, dan aku tahu tahapan untuk dentuman itu cukup sampai disini.
Sekarang aku harus mulai mendefnisikan apa itu TAKDIR. Aku yakin Engkau menyimpan segala jawaban Mu yang aku butuhkan di susunan enam huruf itu. "Maaf Tuhan aku ingin bertanya, bisaka aku meminjam kekuatan Mu. Kekutan mu yang berwujud ke-SABAR-an". Engkau pasti meminjamkan untuk hambamu yang peminta ini.
Tuhan aku menghaturkan beribu maaf karena pagi ini aku terlalu banyak menyebut nama Mu. Aku hanyalah hamba.
Tuhan aku menghaturkan beribu maaf karena pagi ini aku terlalu banyak menyebut nama Mu. Aku hanyalah hamba.
Kalau bukan sekarang kuyakin Engkau tak akan memberikan ku lagi kesempatan. Aku harus memulainya dari sekarang, di pagi ini.
Comments
Post a Comment