Mengambil nomor urut, bertemu si dayang mata duitan dengan seragam hijau ber-shall hijau orange. Dan menyetor rupiah tujuh ratus lima puluh ribu di berbagai jenis bank yang berlogo 46. Seperti itulah warna awal semester, universitas panen, pembiayaan 1/5 subsidi untuk enam purnama kedepan mengucur deras dengan satu tujuan yang sama, “65669986”beberapa digit kode rekening yang dimiliki pihak kampus atas nama pak rektor tercinta. Teman yang ingin berjumpa si Dayang Mata Duitan, atau rajin berpartisipasi dalam panjangnya antrian dengan alasan ingin lebih terhormat sebagai golongan yang berduit. Jelas akan rela mengorbankan seharian masa hidupnya untuk antri di bank.
Aku yang sudah muak ditatap dengan bola mata penuh intimidasi beraroma kecurigaan dari Si Dayang Mata Duitan, dan juga tidak berselera mengenakan gaya orang berduit walau itu hanya sehari. Jelas akan mengambil opsi kedua, menitip rupiahnya kepada teman yang berpihak pada opsi pertama.
Kertas ajaib berwarna pink dengan tinta biru yang lebih mirip kertas karbon dengan harga tujuh ratus lima puluh ribu rupiah digandakan menjadi tiga lembar hitam putih di atas mesin foto copy sebagai syarat utama yang tak bisa ditawar untuk memperoleh lembaran Kartu Rencana Studi (KRS) yang berisikan rupa-rupa mata kuliah diikuti jumlah SKS-nya. Awal semester adalah penampakan pengorbanan satu semester kedepan yang menentukan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang bisa menyita penyesalan jikalau huruf “C” berbaris rapi penuh hormat pada rapor.
Jika urusan dengan pihak si Dayang Mata Duitan beserta pihak akademik yang wataknya kadang tak mewakili institusi yang diurusinya. Maka akan berlanjut dengan intrik penuh pilihan di pihak penasehat akademik (PA) dilanjutkan dari ujian mental dari Bapak Prof ketua jurusan terhormat, dan yang tak terlupakan kejutan yang menembak seperti senapa angin dari sistem KRS Online berbauh moderenisasi yang tak pernah akur dengan abdi jurusan. Di-secuel ini, mahasiswa berperan sebagai bintang utama yang akan dipertemukan dengan upaya pencarian berbagai bentuk liuk-liuk tanda tangan beragaya Apogadro Langrangian. Yang bisa menimbulkan sematan kurang ajar jika nama gelar pihak PA tidak sesuai.
Yang santai karena sholat lailnya manjur, diberi kemudahan oleh Sang Ilahi dalam usaha-usaha pengurusan administrsi perkuliahannya, bisa santai di sudut kursi depan BEM, dalam hal ini adalah aku. Atau bisa liburan beberapa hari ke tanah kelahiran, yaitu Okviyani. “maklum PA kami rajin”. Ada pula yang menggaruk kepala dengan jidak yang bergelombang dengan amplitudo maksimun karena ulah si KRS yang tak kunjung beres. Dalam hal ini Arya, Ammar, Yazid , Alam, Desta, Magfira, and friends. “met nah”.
Mata kuliah yang menawarkan ilmu kanuragan tersusun dalam lambaran KRS, membuat mahasiswa yang tak berpendirian akan bimbang dalam menimbang, semuanya menawarkan tantangan dan tentunya tugas yang menumpuk. Watak penambang dengan cita-cita duduk di Oil Company, Petrofisika dan Geokimia jelas jadi prioritas. Watak petualang yang mungkin akan melarat demi menjadi Bos, Kewirausahaan adalah mata kuliah yang tak bisa ditawar lagi. Dan mata kuliah Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana bagi yang berpaham go green.
Hidup begitu penuh warna dan pilihan.
@IrvanGalesong 12/08/2011
Comments
Post a Comment