Skip to main content

Yumna Part 2 - Sanubari Waktu

Selamat malam anak gadisku Lailatul Yumna, selamat menyambut bulan Suci Ramadhan bagi kita umat muslim. Saat aku menuliskan ini, kamu telah tidur pulas di atas ranjang berklambu. Tadi sore kamu memakasaku untuk tidak berjamaah magrib di masjid. Dirimu mau dimanja oleh ku. Memerintah dengan telunjuk untuk di bawah ke teras rumah. Entah apa maumu?.

Yumna anakku, tadi sehabis Ashar saya, kamu, dan ibumu berkunjung ke Kampun Beru. Bertamu ke rumah nenek mu. Sungguh sulit menuliskan kata “bertamu” di saat kitalah yang tuan rumah sesungguhnya, nak. Saya dan Ibu-mu siarah ke Makam ayahnya bapak mu ini. Yumna, harus kau tahu betapa sedih diriku. Untuk pertama kalinya semenjak menginjak usia dewasa, bapak mu ini ziarah kubur sebelum masuk Ramadhan. Dulu ayah pernah melakukannya, sudah lama sekali. Mungkin usia ku saat itu tiga sampai lima tahun. Aku ikut nenek mu berkunjung ke makam kakek dan nenek ayah-mu ini.

Anakku, hati ayah sekarang sesungguhnya belum berhenti sedih. Setiap kali mengingat kakek-mu, ada penyesalan yang hadir. Aku rindu anak-ku.

Jika ada ciptaan Tuhan yang paling unik, mungkin bagiku adalah waktu. Ia merangkul kita dalam cerita, dalam kenangan, dan dalam harapan. Ia dicipta untuk dirasa tapi tak kuasa untuk dirabah.

Tak ada kompromi baginya untuk sekedar berhenti memperbaiki cerita. Ia hanya memberi sedikit ingatan untuk mekarnya kenangan.

Anakku Yumna, kau harus tahu bahwa di sanubari waktu tetap ia menawarkan harapan. Harapan untuk kelak mengubah cerita dan kembali untuk dikenang.

Malam ini kita tetap dirangkul masa. Mencium aroma keringatmu sebelum tidur biarlah menjadi cerita ku walau Ibu-mu tak suka itu.

Yumna, Kelak ku harap kau akan paham begaimana ayah-mu ini begitu mencintaimu. Menitipkan doa ku, kemudian ku selipkan ia dalam sanubari waktu, semoga Tuhan mengabulkannya.

Ramadahan, 1439 Hijria.












Comments

Popular posts from this blog

Sandra Yang Kukenal

Sandra Dewi Hubungan saya dengan wanita kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung itu tidak sedekat dulu. Perbedaan keyakinan dan kesibukan masing-masing membuat kami jarang memiliki waktu untuk bertemu. Ketika Sandra Dewi memutuskan pindah ke Jakarta pada tahun 2001 untuk melanjutkan kuliahnya, saya tetap tetap tinggal di kampung saya di Galesong dan melanjutkan sekolah di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Kecantikannya membuat wanita penggemar Disney ini banyak dilirik oleh produser dunia hiburan di Jakarta. Awalnya hanya ikut kontes kecantikan, ia menang. Setelahnya, karirnya terus menanjak. Sandra, begitu saya sering memanggilnya dulu, ini terlibat di beberapa proyek film layar lebar yang membuat namanya semakin tenar. Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia tarik suara, kurang sukses, tapi namanya sudah terlanjur tenar. Karena tuntutan profesi dan cicilan yang masih banyak, Sandra kemudian menjadi presenter sebuah acara musik di stasiun TV swasta di Jakarta. Acara ini berlangsung cuku...

Menu Yang Sama

Penjual Daging Ayam di Bontopajja Waktu seperti berhenti di tempat jagal ayam potong. Bunyi pisau menyayat setiap bagian danging dan tulang ayam, menghadirkan irama yang perlahan menyadarkankanku, Ramadan akan segera beranjak pergi. Semacam ritual tahunan menjelang hari raya idul Fitri. Tahun ini giliranku mencari bahan opor ayam. Pukul sebelas lebih sedikit, saya memilih datang lebih awal saat antriannya belum ramai. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya waktu sore menjadi saat yang tidak saya sarankan datang ke tempat jagal ini. Menu opor telah menjelma sebagai rasa yang mewakili kepergian bulan ramadan. Karinya seperti ucapan "see you goodbye". Aroma kelapa dan santannya menjadi pelatuk momen perpisahan. Besok tak sama lagi walau menu yang hadir mungkin sama. Kehangatan bulan kesembilan dalam penanggalan hijriah ini memang tak ada tandingannya. Dahaga dan lapar adalah bumbu dari perjuangan sebulan lamanya. Entah dari mana tetapi magis bulan ramadan selalu sama dan akan tetap...

Ridwan Sau dan Gen Z

Ridwan Sau Ridwan Sau seperti mendapatkan angin keduanya di era sosial media ini. Pelantung lagu daerah berbahasa Makassar yang tenar di awal era 2000-an kini kembali sibuk mengisi panggung-panggung di sekitaran Sulawesi. Lagunya yang akrab di teliga remaja 90-an ke bawah ini juga ternyata bisa sangat diterima oleh generasi-Z. Fenomena Ridwan Sau, menjadi bukti bahwa lagu-lagu pop daerah tak lekang oleh waktu. Di era digital ini, di mana musik modern dan internasional mendominasi, lagu-lagu lawas seperti yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau kembali digemari oleh generasi muda, khususnya Gen Z. Media sosial, seperti TikTok dan YouTube, menjadi platform utama yang mempopulerkan kembali lagu-lagu pop daerah. Gen Z, yang dikenal aktif di media sosial, terpapar dengan konten-konten kreatif yang menggunakan lagu-lagu tersebut. Data menunjukkan bahwa 85% Gen Z di Indonesia menggunakan TikTok [Sumber: Katadata]. Platform ini telah melahirkan tren baru, seperti "dance challenge" dan ...