Dan panas matahari pun tak bercanda. Partikel udara semakin liar, kadar kelembaban semakin menjadi. Ini bukan persoalan cuaca, ada beban dalam sukma yang menambah tegangnya alur drama ini. Kulihat sosok penyesalan, ia tersenyum, “belajarlah dan palingkan wajahmu dari ku” ucapnya seraya wujudnya tengelam dilumat kesadaran. Aku paham betul bagaimana takdir telah tertulis, aku juga tahu bahwa ini bukanlah kebetulan. Asap kayu bakar yang sedari tadi mengepul dibakar jiwa di muka rumah kini bersatu dengan sosok penyesalan yang menghilang tadi. Masuk kedalam rongga pernafasan yang mulai bingung dengan iramanya. Aku batuk, keluarlah nikmat itu. Ini seperti apa yang seharusnya terjadi tapi yang tak aku inginkan. Ia berlalu dan nimatnya kusadari baru. Semacam pahit kopi yang membuat rindu, terkadang tak kau tahan tapi harapan seperti itulah yang kau harapkan.