Pukul sebelas siang tadi, aku rabah kantong sebelah kananku, nehi. Aku rabah kantong sebelah kiriku pun masi nehi, dompetku raib. Sebagai pribadi yang anggung aku coba slow down baby aja, mengalir mengikuti jejakku, mencari potensi jatuhnya saat jalan tadi. Kuteliti dibeberapa titik yang kucurigai ternyata masi nehi. Dompet ku sungguh tidak bercanda, ia hilang.
Aku mulai sadar kalau 30 juli itu aku menggenapkan usiaku 22 tahun, aku santai aja karena kucurigai ini ulah teman-teman kampus. Mereka mondar-mandir menanyakan dompet ku yang hilang
"kau dapatmi dompetmu" tanya salah seorang teman.
Aku semakin curiga, aku menyantaikan diri.
"kenapa santai sekaliko, adami dompet mu ka?" mereka kembali bertanya.
Aku semakin yakin kalau mereka mencoba memberiku suprize, tetapi setelah aku cuek beberapa jam dengan ketidak hadiran dompetku mereka mulai pergi satu persatu. Aku kini jadi khawatir, sore datang mereka tidak memberi suprize seperti yang kupikirkan. Sungguh ini bukan momen suprize, mereka tidak tahu kalau hari ini 30 juli, mereka puasa, mereka pasti lebih memikirkan waktu berbuka tiba.
Dompetku... terima kasih atas suprize mu hari ini.
Aku mulai sadar kalau 30 juli itu aku menggenapkan usiaku 22 tahun, aku santai aja karena kucurigai ini ulah teman-teman kampus. Mereka mondar-mandir menanyakan dompet ku yang hilang
"kau dapatmi dompetmu" tanya salah seorang teman.
Aku semakin curiga, aku menyantaikan diri.
"kenapa santai sekaliko, adami dompet mu ka?" mereka kembali bertanya.
Aku semakin yakin kalau mereka mencoba memberiku suprize, tetapi setelah aku cuek beberapa jam dengan ketidak hadiran dompetku mereka mulai pergi satu persatu. Aku kini jadi khawatir, sore datang mereka tidak memberi suprize seperti yang kupikirkan. Sungguh ini bukan momen suprize, mereka tidak tahu kalau hari ini 30 juli, mereka puasa, mereka pasti lebih memikirkan waktu berbuka tiba.
Dompetku... terima kasih atas suprize mu hari ini.
Comments
Post a Comment