Kau telah menemaniku ditiap nafas ini, entah lelah dirimu sampai kapan akan terlahir. Walau segenggam jiwamu menghidupkan aku. Waktu telah menjadi sahabat kita berpesta di sepi malam. Engkau, engkau yang katupnya di empat mata angin, kulihat darimu merah delima mewarnai jiwamu. Entah sebap musabap apa yang membuatmu sakit kini, ronrongan nyeri ke uluh hati kurasakan kini bersamamu.
Sesak di dada, datang tiba-tiba pada waktu yang tak biasa. Kenapa engkau menghianati ku kawan, tunggulah walau barang sebentar. Sudihka engkau membuatku mengunduh nafas ku yang sesak karena mu, kejam engkau jika kau lakukan.
Jantung permata hidup, nyeri kau kinih.
Jantung permata hidup, nyeri kau kinih.
Comments
Post a Comment