Kemarin saat saya balik ke kampus, kabur dari posko KKN. Seperti biasa saat ketemu dengan sahabat-sahabat kampus yang berkarat di BEM, kerjaan kita tidak jauh-jauh dari berdebat tidak jelas, saling mengejek (calla: bahasa Makassar), dan yang tak pernah kita lewatkan adalah ngebahas cewe.
Sebagai pria normal dengan emosi yang berada pada tingkat rawan, ngebahas cewe panjang lebar serasa diwajarkan. Mulai dari cerita teman yang ngos-ngosan mengejar cewe idamannya sampai yang nampak angkuh karena punya lebih dari satu selingkuhan (padahal remuk redam). Derita kami bermacam-macam untuk urusan cewe.
Sampailah pada perdebatan yang tak terduga, teman yang satu sebutlah si 'A' berjenis kelamin perempuan, berdebat dengan si 'pelaku' yang berstatus Play Boy Praduga tak Bersalah.
"kau memang salah, sudah punya pacar tapi masi ngeganggu cewe lain" cerotos si 'A' dengan muka menghakimi.
"bukan begitu maksudku, saya dekat dengan cewe itu sebatas.." belum sempat selesai si 'pelaku' berucap
"ah..pokoknya kau memang ya salah, play boy ko kau" bentak si 'A' dengan nada sedikit jengkel.
Melihat perdebatan mereka yang timpang, aku mencoba masuk dalam medang perdebatan.
"beginiee.., kalau menurutku cowo itu pada dasarnya tidak play boy, tapi mereka itu kagum melihat cewe lain yang tampilnya memang menyita perhatian alias cantik" ujarku.
"huumm.. begitu maksudku" sambung si 'pelaku'.
"ah, sama jako kau" si 'A' dongkol.
Setidak-tidak menariknya seorang lelaki namun tetap saja terkadang mereka dijatuh Praduga tak Bersalah, identik dengan memainkan padahal kita juga rentan dipermainkan. Sebagai kaum yang selalu jadi tersangka saya sudah lelah dengarin keluhan, menghela senjata pamungkas kaum cewe -menangis.
Comments
Post a Comment