Bicara tentang konsep ke-Tuhan-an aku teringat saat pamanku dikampung bercerita dengan hebatnya, sampai menjadi abu seluruh cerutuh yang beliau kantongi. "dulu nak saat dunia ini baru akan terbentuk, Alla Ta'Ala dengan Nabi Muhammad saling bertanya satu sama lain tentang siapakah Tuhan sejati".
Aku diam tak aingin kusanggah semangat meluap pamanku, kubiarkan kisahnya terus saja mengalir.
"saat itu mereka bermain petak umpet, Nabi Muhammad-lah yang lebih dulu bersembunyi tetapi ia ternyata mampu dilihat dan diketahui oleh Allah Ta'Ala" (pungkasnya penuh gairah).
"kemuadian giliran Allah Ta'Ala yang bersembunyi, ternyata Nabi Muhammad tidak mampu menemukanNya, maka sejak saat itu Allah Ta'Ala tidak pernah lagi menampakkan wujudnya sampai hari kiamat tiba" paman kembali mengisap penuh nikmat cerutunya yang redup digoda angin laut.
Paman sering menyimpulkan bahwa eksistensi Tuhan yang sejati dimulai sejak peristiwa itu, Tuhan yang sejati tidak pernah lagi menampakkan wujudnya sampai saat yang Ia tentukan sendiri.
Konsep ketuhanan masyarakat udik pedalaman terkadang menyimpan keunikan. Cerita ini tak bisa aku dapatkan di bangku perkuliahan. Konsep ke-Tuhan-an telah menjadi kajian yang takhabis oleh kata dan tak akan lekang oleh masa. Generasi silih berganti mangkaji dan menyajikannya. Ada yang congkang sombong tak berpaham, ada juga yang lembut penuh pemaknaan pada baris tutur kata untuk menjabarkannya.
Konsep ketuhanan masyarakat udik pedalaman terkadang menyimpan keunikan. Cerita ini tak bisa aku dapatkan di bangku perkuliahan. Konsep ke-Tuhan-an telah menjadi kajian yang takhabis oleh kata dan tak akan lekang oleh masa. Generasi silih berganti mangkaji dan menyajikannya. Ada yang congkang sombong tak berpaham, ada juga yang lembut penuh pemaknaan pada baris tutur kata untuk menjabarkannya.
Comments
Post a Comment