Skip to main content

Do Not Kill Yourself

Sampai pada masa sekarang, semoga Tuhan tak mengurungku dalam gunung lima jarinya Sung Go Kong. Adalah bunuh diri namanya jika pribadi yang unik ini harus meniru bentuk lain. "Be Your Self" adalah tameng paling keras untuk melawang saat pengaruh asing mulai mengintai tanah air karakter diri. Sekuat tenaga sampai tetes terakhir maksud saya tetes dara penghabisan. Merayap terpontang panting, tassulege, takre'nyo (Makassar Lenguage), dsb.
Adalah suatu kemenangan besar jikalau alis ini, mata ini, hidung ini, mulut ini, dan tentunya jiwa ini tak terjajah oleh kapitalisme, "kawan paham maksudku?, kalau tak paham coba tanya om gugel atau tante yahuu"
"tapi mungkin ada baiknya kalau kawan berkunjung ke library atau sekali-kali masuk toko buku, cari tuh buku yang bisa membuat kawan ngerti maksudku"
Karena saya orangnya terlalu banyak ambil urusan, saya terkadang memperhatikan bahwa bayak dari kita (orang kedua dan ketiga jamak) yang sudah dewasa tapi masi suka ngikut. Maksudku ngikut disini adalah tidak bisa jadi diri sendiri alias sebagai partisipan sajati. Kita kuliah tapi dalam hati tak ikhlas. Kita berbuat ini tapi dalam hati mau lakukan yang itu. Kalau disimpulkan ini bisa dikatakan Be Your Safety alias tuntutan untuk sukses. Padahal kesuksesan dan kemenangan dalam hidup adalah ketika menjadi diri sendiri.
Ini semua gara-gara saya baru saja membaca buku yang isinya tentang pengenalan terhadap potensi diri. Aku baru sadar ternyata apa yang aku lakukan sekarang adalah 5 % dari bakat ku sesungguh-nya. Tapi di sudut lain kita juga tak boleh menyerah dengan keadaan karena ada yang namanya kesungguhan, Ma Jaddah Wa Jaddah.
Intinya tetap jadi diri sendiri dan tetap berpikir postif, dan ingat "jangan bunuh diri..!!!"

Comments

Popular posts from this blog

Sandra Yang Kukenal

Sandra Dewi Hubungan saya dengan wanita kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung itu tidak sedekat dulu. Perbedaan keyakinan dan kesibukan masing-masing membuat kami jarang memiliki waktu untuk bertemu. Ketika Sandra Dewi memutuskan pindah ke Jakarta pada tahun 2001 untuk melanjutkan kuliahnya, saya tetap tetap tinggal di kampung saya di Galesong dan melanjutkan sekolah di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Kecantikannya membuat wanita penggemar Disney ini banyak dilirik oleh produser dunia hiburan di Jakarta. Awalnya hanya ikut kontes kecantikan, ia menang. Setelahnya, karirnya terus menanjak. Sandra, begitu saya sering memanggilnya dulu, ini terlibat di beberapa proyek film layar lebar yang membuat namanya semakin tenar. Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia tarik suara, kurang sukses, tapi namanya sudah terlanjur tenar. Karena tuntutan profesi dan cicilan yang masih banyak, Sandra kemudian menjadi presenter sebuah acara musik di stasiun TV swasta di Jakarta. Acara ini berlangsung cuku...

Menu Yang Sama

Penjual Daging Ayam di Bontopajja Waktu seperti berhenti di tempat jagal ayam potong. Bunyi pisau menyayat setiap bagian danging dan tulang ayam, menghadirkan irama yang perlahan menyadarkankanku, Ramadan akan segera beranjak pergi. Semacam ritual tahunan menjelang hari raya idul Fitri. Tahun ini giliranku mencari bahan opor ayam. Pukul sebelas lebih sedikit, saya memilih datang lebih awal saat antriannya belum ramai. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya waktu sore menjadi saat yang tidak saya sarankan datang ke tempat jagal ini. Menu opor telah menjelma sebagai rasa yang mewakili kepergian bulan ramadan. Karinya seperti ucapan "see you goodbye". Aroma kelapa dan santannya menjadi pelatuk momen perpisahan. Besok tak sama lagi walau menu yang hadir mungkin sama. Kehangatan bulan kesembilan dalam penanggalan hijriah ini memang tak ada tandingannya. Dahaga dan lapar adalah bumbu dari perjuangan sebulan lamanya. Entah dari mana tetapi magis bulan ramadan selalu sama dan akan tetap...

Ridwan Sau dan Gen Z

Ridwan Sau Ridwan Sau seperti mendapatkan angin keduanya di era sosial media ini. Pelantung lagu daerah berbahasa Makassar yang tenar di awal era 2000-an kini kembali sibuk mengisi panggung-panggung di sekitaran Sulawesi. Lagunya yang akrab di teliga remaja 90-an ke bawah ini juga ternyata bisa sangat diterima oleh generasi-Z. Fenomena Ridwan Sau, menjadi bukti bahwa lagu-lagu pop daerah tak lekang oleh waktu. Di era digital ini, di mana musik modern dan internasional mendominasi, lagu-lagu lawas seperti yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau kembali digemari oleh generasi muda, khususnya Gen Z. Media sosial, seperti TikTok dan YouTube, menjadi platform utama yang mempopulerkan kembali lagu-lagu pop daerah. Gen Z, yang dikenal aktif di media sosial, terpapar dengan konten-konten kreatif yang menggunakan lagu-lagu tersebut. Data menunjukkan bahwa 85% Gen Z di Indonesia menggunakan TikTok [Sumber: Katadata]. Platform ini telah melahirkan tren baru, seperti "dance challenge" dan ...