Ada yang tahu kisah cinta 80-an?
Jika ada yang tahu maka segerahla bersyukur karena anda adalah pencinta melankolis dan gaya rambut penuh kutu dengan celana jeans botol yang buram. Di sudut kamera yang kesemutan dan dialog yang sudah bisa ditebak. Ditonton dari layar tancap propaganda ORBA untuk program "dua anak cukup" atau televisi 14 inci dikotomi -hitam putih.
Jika ada yang tahu maka segerahla bersyukur karena anda adalah pencinta melankolis dan gaya rambut penuh kutu dengan celana jeans botol yang buram. Di sudut kamera yang kesemutan dan dialog yang sudah bisa ditebak. Ditonton dari layar tancap propaganda ORBA untuk program "dua anak cukup" atau televisi 14 inci dikotomi -hitam putih.
Dan cinta 80-an lah yang telah mengerumuni hatiku saat ini kawan. Aku tak tahu sebap musabapnya, tiba-tiba ia hadir seperti upil dipagi hari -tragis. Tapi aku sedikit menaruh curiga hatiku yang melankolis dan mudah dirayu inilah biang keroknya. Upil itu mengelinding masuk kedalam hatiku, dengan lugu segmen-nya mendefinisikan itu sebagai cinta maka jadilah aku seperti apa aku adanya sekarang.
Asap debu Pete-pete dan batuk penuh rindu dari tukang ojek seakan menjadi icon dramatis dan original sountrak kisah cintaku yang 80-an banget. Suasananya itu tak kalah dengan boker yang telah ditahan beberapa jam saat ngedate kemudian kita buang di lubang kloset. "nikmat toh?".
Hari-hari diisi dengan cinta segitiga siku-siku yang salah satu sisi-nya adalah aku, aku dengan warnaku yang 80-an. Segitiga siku-siku ini sungguh kurasa akan segera terbentuk menjadi garis lurus yang hanya akan memiliki dua titik, "paham jaki toh kawan maksudku?"
Kulihat dari pantat kuda, kulihat dari puncak tai ayam, kulihat dari selokan-selokan tempat berpestanya jentik nyamuk, ini tetap sama. Aku tak ada di salah satu titik itu.
Comments
Post a Comment