Skip to main content

Dari Puncak Tai Ayam

Ada yang tahu kisah cinta 80-an?
Jika ada yang tahu maka segerahla bersyukur karena anda adalah pencinta melankolis dan gaya rambut penuh kutu dengan celana jeans botol yang buram. Di sudut kamera yang kesemutan dan dialog yang sudah bisa ditebak. Ditonton dari layar tancap propaganda ORBA untuk program "dua anak cukup" atau televisi 14 inci dikotomi -hitam putih.
Dan cinta 80-an lah yang telah mengerumuni hatiku saat ini kawan. Aku tak tahu sebap musabapnya, tiba-tiba ia hadir seperti upil dipagi hari -tragis. Tapi aku sedikit menaruh curiga hatiku yang melankolis dan mudah dirayu inilah biang keroknya. Upil itu mengelinding masuk kedalam hatiku, dengan lugu segmen-nya mendefinisikan itu sebagai cinta maka jadilah aku seperti apa aku adanya sekarang.
Asap debu Pete-pete dan batuk penuh rindu dari tukang ojek seakan menjadi icon dramatis dan original sountrak kisah cintaku yang 80-an banget. Suasananya itu tak kalah dengan boker yang telah ditahan beberapa jam saat ngedate kemudian kita buang di lubang kloset. "nikmat toh?".
Hari-hari diisi dengan cinta segitiga siku-siku yang salah satu sisi-nya adalah aku, aku dengan warnaku yang 80-an. Segitiga siku-siku ini sungguh kurasa akan segera terbentuk menjadi garis lurus yang hanya akan memiliki dua titik, "paham jaki toh kawan maksudku?"
Kulihat dari pantat kuda, kulihat dari puncak tai ayam, kulihat dari selokan-selokan tempat berpestanya jentik nyamuk, ini tetap sama. Aku tak ada di salah satu titik itu.

Comments

Popular posts from this blog

Sandra Yang Kukenal

Sandra Dewi Hubungan saya dengan wanita kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung itu tidak sedekat dulu. Perbedaan keyakinan dan kesibukan masing-masing membuat kami jarang memiliki waktu untuk bertemu. Ketika Sandra Dewi memutuskan pindah ke Jakarta pada tahun 2001 untuk melanjutkan kuliahnya, saya tetap tetap tinggal di kampung saya di Galesong dan melanjutkan sekolah di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Kecantikannya membuat wanita penggemar Disney ini banyak dilirik oleh produser dunia hiburan di Jakarta. Awalnya hanya ikut kontes kecantikan, ia menang. Setelahnya, karirnya terus menanjak. Sandra, begitu saya sering memanggilnya dulu, ini terlibat di beberapa proyek film layar lebar yang membuat namanya semakin tenar. Ia kemudian mencoba peruntungan di dunia tarik suara, kurang sukses, tapi namanya sudah terlanjur tenar. Karena tuntutan profesi dan cicilan yang masih banyak, Sandra kemudian menjadi presenter sebuah acara musik di stasiun TV swasta di Jakarta. Acara ini berlangsung cuku...

Menu Yang Sama

Penjual Daging Ayam di Bontopajja Waktu seperti berhenti di tempat jagal ayam potong. Bunyi pisau menyayat setiap bagian danging dan tulang ayam, menghadirkan irama yang perlahan menyadarkankanku, Ramadan akan segera beranjak pergi. Semacam ritual tahunan menjelang hari raya idul Fitri. Tahun ini giliranku mencari bahan opor ayam. Pukul sebelas lebih sedikit, saya memilih datang lebih awal saat antriannya belum ramai. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya waktu sore menjadi saat yang tidak saya sarankan datang ke tempat jagal ini. Menu opor telah menjelma sebagai rasa yang mewakili kepergian bulan ramadan. Karinya seperti ucapan "see you goodbye". Aroma kelapa dan santannya menjadi pelatuk momen perpisahan. Besok tak sama lagi walau menu yang hadir mungkin sama. Kehangatan bulan kesembilan dalam penanggalan hijriah ini memang tak ada tandingannya. Dahaga dan lapar adalah bumbu dari perjuangan sebulan lamanya. Entah dari mana tetapi magis bulan ramadan selalu sama dan akan tetap...

Ridwan Sau dan Gen Z

Ridwan Sau Ridwan Sau seperti mendapatkan angin keduanya di era sosial media ini. Pelantung lagu daerah berbahasa Makassar yang tenar di awal era 2000-an kini kembali sibuk mengisi panggung-panggung di sekitaran Sulawesi. Lagunya yang akrab di teliga remaja 90-an ke bawah ini juga ternyata bisa sangat diterima oleh generasi-Z. Fenomena Ridwan Sau, menjadi bukti bahwa lagu-lagu pop daerah tak lekang oleh waktu. Di era digital ini, di mana musik modern dan internasional mendominasi, lagu-lagu lawas seperti yang dipopulerkan oleh Ridwan Sau kembali digemari oleh generasi muda, khususnya Gen Z. Media sosial, seperti TikTok dan YouTube, menjadi platform utama yang mempopulerkan kembali lagu-lagu pop daerah. Gen Z, yang dikenal aktif di media sosial, terpapar dengan konten-konten kreatif yang menggunakan lagu-lagu tersebut. Data menunjukkan bahwa 85% Gen Z di Indonesia menggunakan TikTok [Sumber: Katadata]. Platform ini telah melahirkan tren baru, seperti "dance challenge" dan ...