Aku seperti berada di atas menara miring Pisa di abad 16. Condong ke barat seakan ingin membuktikan ketidak becusan insinyur Roma dalam urusan trigonometri. Menara yang merupkan puncak kejayaan. Malam ini aku ditemani Newton yang dari sabang lalu memegang sehelai bulu ayam kampong dan sebuah batu dengan buku yang berjudul “The Principle” di tangan kanannya. Beginilah orang-orang Eropa memperlakukan buku kawan, menjamahnya dengan tangan kanan yang melambangkan kemulian. Dari atas menara Pisa yang sempoyongan itu aku berteriak ke 14 penjuru mata angin yang sempat aku hitung. "Where are You All????” suaraku lantang memecah malam di Pisa. Aku terdiam sejenak dan kupandangi sekeliling, tak ada sahutan tak ada tanggapan, hanya seekor Toke’ kurang ajar yang dengan malau-malu bersuara “Tokke…” Itupun hanya sekali. Bagi seekor Toke itulah jawaban yg lebih dari cukup untuk bahasa Inggrisku itu, dan aku juga tahu tofel Toke tidak memenuhi untuk menjawab teriakanku. “Dim...